Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Rabu, 26 Oktober 2011

Fadel Muhammad

Thursday, 27 October 2011
Secara pribadi saya tidak mengenalnya, bahkan bertemu saja baru satu kali. Itu pun di sebuah forum resmi, dalam diskusi tentang ekonomi kelautan yang diselenggarakan Radio Smart FM di Medan beberapa bulan lalu.


Namun, sejak Indonesia kehilangan Jusuf Kalla sebagai ”pendobrak” dan ”penggerak” ekonomi yang tidak pernah diam dalam ide, saya menemukan sosok ”bergerak” pada Fadel Muhammad. Selain tangannya dingin, kakinya ringan bergerak. Seperti yang sering saya katakan kepada para ekonom muda, ekonomi Indonesia ini bukannya kereta api otomatis yang cuma butuh jari untuk dijalankan.
 

Ekonomi kita adalah sebuah kapal besar yang tak akan bergerak kalau hanya dipikirkan. Ekonomi kita butuh a real entrepreneur yang piawai menggerakkan, melakukan breaktrough dan siap berperang melawan para mafioso. Jadi, pemimpin seperti inilah yang kita butuhkan, bukan harus dikurangi, tetapi perlu diperbanyak. Sayang kalau kita mengabaikannya.
 

Berperang Melawan Belenggu
 

Fadel mengagetkan kita saat dia maju berperang melawan ”beruang-beruang ekonomi” yang memaksa Indonesia melakukan impor komoditas tradisional yang banyak dikonsumsi rakyat. ”Beruangberuang” itu tidak hanya memasukkan barang, melainkan juga menyodorkan data-data yang sudah dipoles yang seakan- akan kita sudah kekurangan segala komoditas dari beras, daging sapi,sampai garam, dan bawang merah. Pokoknya semua kurang dan mengancam inflasi.
 

Lalu apalagi kalau bukan harus impor? Kita melihat Fadel maju ke depan membongkar kontainerkontainer berisi ikan kembung yang diselundupkan ke pasar Indonesia. Bukan cuma ikan kembung. Ternyata ikan lele dari Malaysia yang sangat mudah dikembangbiakkan di sini juga membanjiri pasar domestik melalui perbatasan Kalimantan, Pelabuhan Belawan, dan pelabuhan-pelabuhan penting lainnya.
 

Dari ikan kembung dia bergerak menyelamatkan industri garam rakyat yang bertahuntahun digempur para importir bangsa sendiri. Impor-impor seperti itu jelas sangat berbahaya bagi masa depan bangsa ini.Harga impornya boleh sangat murah, dipasarkan dengan dumping atau tidak, tetapi perlahan-lahan mematikan ekonomi rakyat yang tersebar di seluruh pesisir Nusantara.
 

Setelah pertanian terpuruk, kini petambak garam pun dibunuh bangsa sendiri. Fadel-lah yang menuntut agar harga dasar garam rakyat dinaikkan. ”Kalau petambak hanya menerima Rp325 per kilogram, bagaimana mereka bisa hidup?”gugatnya.Dia pun mengusulkan agar dinaikkan menjadi Rp900.Petambak garam tentu senang dan mereka bisa kembali bekerja.
 

Tetapi kabar itu tak berlangsung lama karena kita mendengar Kementerian Perdagangan hanya mau menaikkan sampai ke Rp700. Itu pun beredar kabar ada saja pejabat—yang berdalih atas nama pasar bebas—tak mau tanda tangan. Petambak bisa jadi senang kepada Fadel, tetapi importir dan pemberi lisensi impor belum tentu.
 

Kalau petambak garam dimanjakan Presiden, mereka bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya dan makannya bisa lebih terasa enak.Mereka akan giat berproduksi dan impor garam akan hilang. Apakah benar inflasi akan terjadi hanya karena harga garam naik? Beberapa orang meragukannya, pasalnya harga dari petani yang rendah tidak menjamin harga kepada konsumen ikut rendah.

Bahkan impor murah sekalipun hanya menjadi alasan bagi importir untuk menguasai pasar.Harga akhir yang dibayar konsumen pun tetap saja tinggi. Lantas kalau harga dasar petambak dinaikkan, bagaimana nasib importir? Tentu mereka tidak tinggal diam. Menteri Perdagangan—atas nama perjanjian dagang yang dipayungi WTO—dan kita semua yang pernah belajar teori ekonomi, boleh saja percaya pada kompetisi dan pasar bebas.
 

Tetapi secara moralitas,tak ada bangsa yang secara tulus dan ikhlas membuka pasarnya secara bebas,murni 100%. Hanya bangsa yang bodohlah yang membiarkan pintunya dibuka lebar-lebar dan membiarkan ”beruang-beruang ekonomi” menari-nari memorak- porandakan pasar domestiknya.
 

Sementara pasar timbal-baliknya dibarikade dengan standar dan peraturanperaturan yang tidak bisa ditembus. Anda tentu masih ingat betapa sulitnya produkproduk kelautan kita menembus pasar Amerika dan Eropa. Ketika Indonesia membuka pasar perbankan begitu leluasa bagi bank-bank asing,misalnya, Bank Mandiri kesulitan membuka satu saja cabangnya di Kuala Lumpur.
 

Apalagi membuka cabang dan jaringan ATM. Di Eropa kita juga melihat betapa sengitnya bangsa-bangsa yang percaya pada pasar bebas membuka pasar industri keju lokalnya dari gempuran keju buatan Kraft yang diproduksi secara massal. Di Amerika Serikat masih dalam ingatan kita pula, barikade diberikan kepada China saat CNOOC (China National Offshore Oil Corporation) berencana membeli perusahaan minyak Amerika (UNOCAL).
 

Sejumlah anggota kongres menekan Presiden Bush (2005) agar pemerintah membatalkan proposal China tersebut. Keju,minyak,udang,kopi,kertas, minyak sawit, atau tekstil sekalipun selalu dihadang masuk kalau industri suatu bangsa terancam. Jadi apa yang terjadi dengan lisensi impor di negeri ini? Sebuah keluguan atau kesengajaan? Bisakah kita memisahkan perdagangan dari pertahanan dan keamanan kalau wujudnya sudah mengancam kehidupan? Siapa peduli?
 

Pro-Poor
 

Maka sangat mengejutkan saat pekan lalu kita membaca Fadel Muhammad tidak lagi menjalankan tugas negara sebagai menteri kelautan dan perikanan. Sebagai warga negara kita mungkin terlalu rewel untuk mempersoalkan pencopotannya sebab semua itu adalah hak Presiden. Tetapi bagi seorang yang menjalankan misi Presiden yang pro poor–pro growth dan pro job, saya kira pantas kalau nada sesal layak kita ungkapkan.
 

Dia justru diganti karena membela kepentingan rakyat, pro-poor. Ibaratnya dia tengah berada di garis depan melawan ”beruang-beruang ekonomi” yang hanya memikirkan keuntungan sesaat dengan ”membeli” lisensi impor yang mematikan hak hidup rakyat jelata. Saya sebut mereka ”beruang ekonomi”karena seperti yang dikatakan Fadel, sesendok garam itu asin,tapi sekapal garam adalah manis.
 

Hanya beruanglah yang mampu mengendus rasa manis itu. Tahukah ”beruang-beruang ekonomi”itu bahwa petambakpetambak garam dan nelayan adalah penjaga perbatasan yang melindungi negeri dari segala serangan. Apa jadinya negeri ini bila hidup mereka dilupakan?
 

Bukankah lebih baik menjaga pertahanan perbatasan dengan memberikan kapal-kapal yang bagus dan pekerjaan yang menarik kepada para nelayan daripada membeli kapal perang yang tak pernah cukup untuk menjaga bibir-bibir pantai yang begitu luas?
 

Maka yang mengejutkan publik sebenarnya adalah mengapa bukan ucapan terima kasih dan bintang yang disematkan pada Fadel; melainkan serangkaian ucapan defensif dari kelompok-kelompok tertentu?
 

Karena itu, melalui tulisan ini, saya justru ingin memberi motivasi yang tulus agar Fadel Muhammad tidak berhenti sampai di sini,melainkan terus berkarya bagi kaum papa, petani-petani garam, dan para nelayan yang ”kalah” bukan dari persaingan bebas, melainkan dari ”beruang-beruang ekonomi”yang menjual negeri melalui lisensi impor.
 

Seorang pemimpin sejati tidak memimpin hanya karena dipanggil tugas.Pemimpin sejati bertugas karena panggilan. Saya senang membaca berita bahwa Fadel telah kembali bekerja dengan Yayasan Garamnya. Selamat bergabung di sektor ketiga. Inilah sektor kemandirian yang bekerja murni untuk memberantas kemiskinan.
 

 RHENALD KASALI Ketua Program MM UI
_Inilah sektor non-APBN yang memanggil orang-orang yang mau berjuang tanpa pamrih. Asosiasi Kewirausahaan Sosial yang saya pimpin tentu senang menyambut Fadel.Saya percaya Fadel pasti bisa berbuat lebih besar karena dia punya kekuatan perubahan yang justru tak dimiliki politisi lain. Simpati besar dari rakyat untuk Fadel layak kita sematkan.  

Minggu, 23 Oktober 2011

Buku Teks Digital Membuka Era Baru

Monday, 24 October 2011
Gebrakan besar dibuat Korea Selatan (Korsel).Salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia itu bertujuan mendigitalkan seluruh kurikulum sekolah. Pada 2015,Korsel ingin memberikan seluruh bahan kurikulum dalam bentuk digital melalui komputer.

Berbagai informasi dan pelajaran sekolah yang semula diberikan dalam buku-buku teks kertas akan disajikan di layar digital. ”Kementerian kami menyiapkan strategi promosi untuk ‘Pendidikan Smart’ yang fokus pada pembelajaran dan pengajaran,”tutur Menteri Pendidikan,Sains, dan Teknologi Korsel Ju-Ho Lee kepada BBC. Proyek yang diluncurkan selama musim panas itu akan menggunakan jaringan nirkabel di semua sekolah sehingga pelajar dapat belajar di mana pun dan kapan pun.
 

Sistem pendidikan informasi itu akan melibatkan sejumlah peralatan,termasuk komputer, laptop,tablet,dan TV yang terhubung internet. Menurut Ju-Ho Lee, pemerintah akan membuka pasar konten berisi berbagai materi pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan.”Pendidikan Smart akan mengubah bagaimana kita menggunakan buku-buku teks,”paparnya.
 

”Perpindahan dari buku teks kertas menjadi buku teks digital akan membuat pelajar tidak lagi membawa tas ransel yang berat dan mengeksplorasi dunia di luar ruang kelas.” Sejumlah benefit yang juga dirasakan ialah semakin banyaknya pilihan pelajaran bagi pelajar di daerah pedesaan yang sebelumnya kekurangan guru-guru khusus.
 

Selain itu,sistem pendidikan digital juga memudahkan para siswa belajar dari rumah. Para remaja Korsel saat ini tampaknya sudah menerima teknologi pendidikan semacam itu.Karena itu tidak terlalu sulit jika pemerintah memang mencanangkan revolusi dalam sistem pendidikan mereka.
 

Organisasi untuk Koordinasi dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam laporan internasional menyatakan bahwa remaja berusia 15 tahun di Korsel sudah sangat kompeten menggunakan teknologi digital.Laporan ini dibuat berdasarkan survei di 16 negara maju.Menurut OECD, remaja Korsel sangat bagus dalam mengevaluasi dan memperkirakan kredibilitas informasi di internet.
 

UNESCO juga memiliki laporan bahwa Korsel hati-hati dalam mengontrol penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan. Pemerintah Korsel telah memahami pentingnya memiliki standar resmi sehingga sistem yang baru dapat bersinergi dan kualitas pendidikan dapat terjamin.
 

Amerika Serikat (AS) yang saat ini memperingatkan menurunnya kualitas pendidikan internasional juga meningkatkan sumber daya untuk beralih ke pembelajaran digital.Tapi langkah tersebut harus tetap mempertimbangkan kurangnya dukungan bersama di masa lalu. Studi yang dilakukan Departemen Riset Pendidikan di Universitas Lancaster menemukan bahwa teknologi digital di ruang kelas mungkin membantu mendorong siswa dalam pembelajaran mereka dan dapat menghemat uang sekolah.

 SYARIFUDIN
_Di sisi lain,para guru merasa mereka membutuhkan pelatihan lebih banyak tentang bagaimana memadukan berbagai sumber daya dalam rencana pendidikan mereka.
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/438151/

Bahasa, Nasionalisme, Kekalahan

Sunday, 23 October 2011
Sejarah Indonesia dalam pengertian negara telah melimpah.Pembacaan untuk mengenangkan atau mengimpikan Indonesia menjadi kelumrahan karena zaman modern menghendaki kesadaran negara tumbuh sebagai takdir perubahan.


Penjelmaan negara itu diresmikan dengan paket nasionalisme saat masa kolonialisme. R E Elson (2009) dalam The Idea of Indonesiapun mengisahkan Indonesia dalam utopia negara dan mengabsenkan bahasa. Produksi wacana ini memunculkan konsekuensi seolah bahasa sekadar ornamen dalam geliat nasionalisme untuk “mencipta”Indonesia.
 

Bahasa ada dalam paket nasionalisme itu kendati kerap menjadi instrumen karena belum memiliki historiografi. Joseph Brodsky dalam sepucuk surat pada penguasa Uni Soviet menulis tantangan saat peraih Nobel Sastra 1987 mesti disingkirkan dari negeri sendiri. Brodsky menulis: “Bahasa jauh lebih tua dan penting ketimbang negara.”Petikan surat ini bisa mengingatkan bahwa mengurusi sejarah bahasa Indonesia adalah keharusan.Penulisan sejarah Indonesia sebagai negara malah mengesankan ada pelupaan atas bahasa.Usia tua bahasa kalah pamor oleh nalar kemodernan.
 

Ketuaan bahasa Indonesia hampir tersingkirkan dari pewacanaan historis-politis. Hilmar Farid (1996) mengingatkan bahwa pewacanaan bahasa di negeri ini kerap dipahami sebagai hasil nasionalisme.Kesadaran atas bangsa untuk menjelma negara malah jadi penentu kelahiran bahasa Indonesia. Nalar ini kentara mengabaikan kesejarahan bahasa Indonesia.Bangsa menemukan bahasa? Wacana ini tumbuh tanpa dibarengi dengan kerja keras untuk penulisan historiografi bahasa Indonesia.Bahasa pun sekadar termaktub dalam bab kecil atau masuk sebagai catatan kaki.
 

Nasionalisme
 

Proyek bahasa dalam sastra abad XIX dan XX mengandung utopia-utopia untuk menjelma embrio nasionalisme.Jejak-jejak bahasa ini tampak kehilangan rumah karena gagasan bangsa mencuat. Produksi buku-buku sastra, koran,atau majalah dengan penggunaan formula awal bahasa Indonesia malah termaknai dalam kerancuan proyek identitas. Kepekaan atas kesejarahan bahasa sebagai pemicu nasionalisme tampak dari studi Benedict Anderson dalam Imagined Communities.
 

Anderson memberi contoh geliat nasionalisme Jerman. Kapitalisme cetak dan bahasa menjadi bahan- bahan signifikan untuk merevolusikan paham bangsa di kalangan petani dan kebangsaan Jerman di kalangan bugherkota. Kasus ini mirip dengan efek kapitalisme mesin cetak di Hindia Belanda sebagai pemicu dari pemihakan gagasan bangsa dan identitas.Nasionalisme tumbuh dalam buku,pamflet,pidato,koran, atau majalah dengan pertaruhan bahasa. Pemakaian bahasa dalam produksi sastra abad XX telah identik dengan gagasan nasionalisme.

Tulisan-tulisan MuhammadYamin,Roestam Effendi, Mohamad Hatta, SutanTakdir Alisjahbana,atau Sanoesi Pane menjadi proyek identitas dan pematangan nasionalisme kendati ada keterbatasan dalam komunikasi politik.Sastra memberi arti saat paket politik kerap disuarakan dengan bahasa Belanda karena prosedur politik kolonial dan berkah dari model pendidikan ala kolonial. Proyek nasionalisme-bahasa dalam sastra dikuatkan dengan pewacanaan dalam jagat jurnalistik.Kesadaran dan kemauan politik-kultural dalam kerja jurnalistik jadi prolog pelaksanaan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo (1938).
 

Kongres ini merupakan jalan sambungan dari konsensus 1928,tapi memiliki makna kunci karena memicu kemauan membesarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa politik,ekonomi,seni,pendidikan, dan kultural.Legitimasi atas pilihan ini dilakukan oleh kalangan politisi modern, intelektual,pengarang,wartawan, dan penguasa tradisional. Petikan dalil dari makalah Sutan Takdir Alisjahbana saat kongres di Solo itu pantas jadi penanda dari relasi bahasa dalam agenda politik-kultural.
 

Bahasa menentukan kualitas dan jalan nasionalisme (bangsa) melalui cara pikir bahasa dalam kemodernan. Sutan Takdir Alisjahbana mengungkapkan: “Oleh karena bahasa ialah alat keboedajaan jang terpenting dan oleh karena berpikir cara modern bersandar pada bahasa, maka keboedajaan Indonesia jang baroe hanja moengkin toemboeh dengan baik apabila bangsa Indonesia seoemoemnja ataoe sekoerang-koerangnja jang mendjadi pemoeka dalam segala lapangan keboedajaan Indonesia, paham betoel akan bahasa Indonesia.”
 

Kekalahan
 

Fragmen-fragmen kesejarahan ini adalah tanda seru untuk kematangan nasionalisme hari ini saat proyek demokrasi luka-luka oleh konstitusi, arogansi komunikasi politik,kebanalan kurikulum pendidikan,kooptasi bahasa global, kesekaratan bahasa etnik,dan pengerasan bahasa oleh kekuasaan.Biografi bahasa Indonesia memang identik dengan kekuasaan,tapi kerap diabaikan sebagai substansi Indonesia.
 

Soekarno dan Soeharto besar karena bahasa.Kekuasaan mereka hadir melalui bahasa Indonesia.Masa lalu itu digantikan oleh kesibukan mengurusi politik dan kelahiran undang-undang kebahasaan. Bahasa Indonesia mendapati perlindungan politik saat perhatian etik sudah pudar oleh ambisi demokratisasiglobal dan menuruti kemauan pasar dalam konsensus bahasa global.Sastra memang masih jadi rumah bahasa tapi kadang lelah dan dimentahkan oleh proyek politik-ekonomi. Perlindungan politik melalui konstitusi seolah mengabarkan kekalahan telak bahasa Indonesia atas perubahan zaman dan rezim-kapital.
 

 _Bahasa Indonesia telah kehilangan rumah-bangsa? Penjelasan historis-utopis dari Benedict Anderson dalam Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-Budaya Politik di Indonesia (1990) memberi tanda seru untuk proses menghidupi atau mematikan bahasa Indonesia.Anderson ingin bahasa Indonesia tak sekadar untuk mengekspresikan nasionalisme, aspirasi Indonesia, atau mengungkapkan tradisitradisi Indonesia.Bahasa Indonesia mesti menjadi kekuatan vital dari proses perubahan.

Bandung Mawardi,
 
Pengelola Jagat Abjad Solo
 



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/438015/

Rabu, 19 Oktober 2011

Andaikan Menteri Seorang CEO

Thursday, 20 October 2011
Sebuah pemerintahan bukanlah sebuah perusahaan besar. Namun perkembangan pesat dalam ilmu mengakibatkan banyak sekali konsep manajemen dan bisnis yang dipakai para pemimpin dunia dalam memperbaiki kondisi daya saing bangsanya.

Presiden Bill Clinton, misalnya, sebelum dilantik, mengundang banyak ahli manajemen untuk berbincang-bincang dengannya di Arkansas, tempatdiamenjadigubernur.Di sana tampak hadir Michael Porter, Steven Covey,Peter Senge, dan banyak lagi. Dari film-film dokumenter yang sempat saya lihat, Clinton mempelajari banyak hal yang menjadi pedoman para CEO mulai dari upaya bangsa menumbuhkan kekuatan baru,membangun leadership, menciptakan teamwork sampai melakukan breaktrough.
 

Seperti Obama, Clinton juga memimpin di masa-masa ekonomi sulit, menerima warisan berupa krisis yang diciptakan pendahulunya (George Bush Senior). Krisis di masa itu akibat Perang Teluk dan kalahnya Amerika dalam memenuhi keinginan pasar global.Namun kita juga tahu,Clinton berhasil membawa Amerika keluar dari krisis,menciptakan kesempatan kerja tertinggi sejak era 1960-an sebelum dihancurkan lagi oleh George Bush Yunior. Selain itu, sepanjang sepengetahuan saya, Prof Michael Porter dari Harvard Business School juga banyak diminta membantu kepalakepala negara untuk memperbaiki daya saing bangsabangsa.
 

Bagi Porter, kesejahteraan bukanlah hasil dari warisan alam, melainkan sesuatu yang harus diciptakan.Tidak mengherankan bila konsepnya tentang Microeconomics of Strategy: Cluster and Firms banyak dipakai pemerintah, Brasil, China, Thailand, Singapura, dan sebagainya. Berpikir seperti seorang CEO tidaklah otomatis membuat Anda menjadi seorang yang liberal dan pragmatis. Alangkah hebatnya Indonesia kalau para pembantu presiden, selain berjiwa politis, juga memiliki cara kerja seorang CEO.
 

Berikut ini adalah 10 cara kerja CEO yang banyak dipakai para pemimpin dunia. Siapa tahu Anda berminat menjadi menteri, wakil menteri, dirjen, atau apa sajalah yang mengurusi orang banyak. Bukankah sekarang banyak orang menitip CV-nya kepada Presiden?
 

Satu: Visi
 

Seorang CEO memulai pekerjaannya dari sebuah visi besar yang ”hidup”,tetapi tidak mendiamkan visi itu berada di dalam lemari besi berbingkai kaca yang hanya bisa dilihat dari jauh. John F Kennedy menuangkan visinya sesederhana ini: ”Mendaratkan manusia ke bulan dan membawanya kembali dengan selamat ke bumi pada akhir dekade ini.” Seperti yang pernah saya ceritakan, berulang kali Kennedy menyampaikan visinya dengan bahasa yang dia ulang-ulang.
 

”Mengapa kita memilih pergi ke bulan dan tidak membuat transportasi yang bisa mendaratkan kita ke puncak gunung tertinggi,”tanyanya. Dia menjawab, ”Kita memilih ke bulan bukan karena itu mudah. Kita pergi ke bulan karena kita tidak ingin membiarkan Uni Soviet melihat Amerika dari atas langit kita....”
 

Kedua: Values
 

Meski pasangan visi adalah misi, saya melihat ada satu elemen yang selalu diabaikan para pemimpin di sini, yaitu tata nilai. Seorang pemimpin besar bekerja dengan tata nilai, tidak berkompromi terhadap pelanggaran nilai-nilai yang dibangunnya, dan menyeleksi menteri-menterinya pertama-tama bukan dari segi kecerdasan atau gelar akademiknya, melainkan dari karakternya, yaitu kesamaan nilai-nilai. Mereka sadar betul bahwa presiden belum tentu menjadi pemimpin kalau tak bekerja dengan nilai. Nilai-nilai bisa bergeser dari waktu ke waktu, tetapi ada nilai baru yang mereka wariskan untuk jangka waktu yang panjang.
 

Ketiga: Pareto
 

Seorang CEO yang menghadapi banyak masalah tahu persis bahwa dia tak bisa menyelesaikan semua masalah. Oleh karena itu dia bekerja dengan prioritas. Mengapa prioritas? Karena tak semua masalah itu penting dan berdampak luas. Sementara itu, ada sedikit masalah yang kalau dibiarkan justru akan berakibat besar.Maka mereka pun mengikuti saran Vilfredo Pareto bahwa ada 20% masalah yang menimbulkan dampak sebesar 80% dari hasil yang dicapai. Mereka menemukan yang 20% itu dan fokus di sana.
 

Keempat: Hire the Best
 

CEO hebat bukanlah karena pendidikan atau gelarnya, melainkan seorang yang bisa bekerja dengan banyak orang dan mampu merekrut orang-orang hebat bekerja untuknya.Orang-orang hebat itu adalah orang-orang yang mampu menyederhanakan hal rumit menjadi simpel, bukan seorang yang mudah panik, tetapi seorang yang selalu menemukan pintu keluar dari setiap kesulitan. Orang-orang terbaik cepat membaca masalah, cepat belajar, bekerja cepat, dan mudah menyesuaikan diri pada keadaan baru. Pemimpin juga harus menentukan apa arti the best menurut tuntutan stakeholdersnya. The best bisa berarti memberikan hasil atau menciptakan sistem untuk masa depan.

Kelima: Teamwork
 

Seorang CEO bukanlah pemain tunggal. Dia bukanlah seorang penyendiri yang merasa bisa menyelesaikan semua masalah. Dia bukan pemain tunggal yang hanya pintar sendiri: membuat pidatonya sendiri, hanya bisa dibaca sendiri, mengambil keputusan sendiri, menganalisis masalah sendiri, membuat kebijakan dan peraturan sendiri, dan seterusnya. Seorang pemain tim memiliki semangat komplementer, bukan bertindak substitusi.
 

Keenam: Pembaruan
 

CEO bukanlah seorang manajer biasa yang hanya bekerja rutin dan menghindari risiko. Seorang CEO adalah pembaru yang berani mengambil risiko. Dia berada di depan memperbarui bukan saja departemen atau perusahaannya, melainkan industrinya. Pemimpin seperti ini disebut juga sebagai cracker. Kalau dia menjadi menteri hukum dan HAM atau menjadi kapolri, maka dia akan memperbarui industri penegakan hukum dan keadilan, bukan sekadar pengelola lapas atau komandan para aparat keamanan.
 

Ketujuh: 360 Derajat
 

Seorang CEO memimpin 360 derajat: ke atas-ke bawah dan ke samping. Di bawah dia dicintai dan dihormati, di atas dia dipercaya, dan di samping dia dibantu kolega-koleganya. Pemimpin yang menguasai hubungan 360 derajat akan mudah memecahkan masalah sehingga dukungan di bawah yang kuat tidak dipandang sebagai ancaman oleh atasan maupun kolega-koleganya.
 

Kedelapan: Business Process
 

Apakah tugas terberat seorang menteri dalam tiga tahun terakhir masa jabatan dari seorang presiden yang tak bisa dipilih kembali? Jawabnya adalah mempercepat segala sesuatu yang belum diselesaikan para pendahulunya dan mewarisi proses bisnis pada kementerian yang memudahkan penggantinya memberi pelayanan prima.
 

Para pencinta kekuasaan biasanya hanya fokus pada kinerja dirinya sendiri dengan harapan kelak dia bisa dipilih kembali oleh presiden berikutnya. Tapi seorang CEO yang hebat berpikir dia harus mewariskan birokrasi yang ramping dengan proses bisnis yang sederhana.Bila proses ini telah sempurna,siapa pun yang menjadi CEO pasti akan memberikan pelayanan yang baik bagi bangsanya.
 

Kesembilan: Alignment
 

Apakah artinya berhasil pada kementerian yang dipimpin sendiri? Ketika seorang menteri dikatakan berhasil memimpin institusinya, apakah bedanya dia dengan seorang kepala seksi yang juga dikatakan berhasil? Seorang menteri CEO perlu memutuskan apakah dia ingin menjadi eksekutif terbaik pada bagiannya, departemennya, pada industrinya atau pada negara ini.
 

Seorang pemuda yang mobilnya diserempet mobil balap bercerita bagaimana dia harus susah payah mengejar mobil balap yang menyerempet kendaraannya.Namun saat mobil itu dikejar, dia justru ditangkap polisi dengan alasan melanggar batas kecepatan. Sewaktu dia protes, polisi malah mengenakan tilang. ”Memangnya Bapak tidak lihat mobil balap itu lari lebih kencang dari saya?”Polisi itu menjawab, ”Tahu, saya tahu. Tapi karena saya tidak bisa tangkap dia, maka kamu yang saya tangkap.”
 

Kesepuluh: Berikan Hope!
 

Akhirnya, saya perlu menyampaikan bahwa bekerja menjadi seorang menteri adalah memanggul beban kepercayaan dari suatu komunitas rendah kepercayaan. Anda dihormati keluarga besar, didatangi banyak wartawan, dikawal kendaraan patroli, diberi kursi di depan, disambut dengan karpet merah, diberi kursi nomor 1A di pesawat Garuda.
 

Namun Anda juga akan dihujat para wakil rakyat yang bicara seenak perut mereka dan dalam kunjungan kerja Anda tak selalu akan mendapat pujian atau cium tangan. Hujatan adalah biasa, apalagi bila kementerian yang Anda pimpin menjadi sarang para koruptor.Anda bisa mengelak tak tahu-menahu, tapi Anda bertanggung jawab. Memberantas korupsi tidak mudah, tetapi memberikan harapan untuk berubah adalah pilihan tegas seorang CEO yang memegang teguh pakta integritas.
 

_Nyalakanlah sebatang lilin di ujung terowongan, maka semua orang akan bergerak ke sana.No hopeno future dan Anda hanya akan menjadi sumber kemarahan tiada akhir. Selamat bekerja, segeralah berlari dan jangan katakan, ”Saya pelajari dulu!” Di padang savana, setiap pagi rusarusa kecil harus berlari lebih kencang dari seekor cheetah yang siap menerkam. Negeri ini terus diterkam cheetah-cheetah lapar dari tanah seberang bila menteri-menterinya malas, hanya sibuk mengurus masalahnya sendiri, dan baru belajar bila masalah datang. 

RHENALD KASALI
 
Ketua Program MM UI
 

Kekayaan Indonesia USD1,8 T

Thursday, 20 October 2011
JAKARTA– Credit Suisse Research Institute mengumumkan jumlah kekayaan Indonesia meningkat USD420 miliar selama periode Januari 2010-Juni 2011, menjadikan nilai total kekayaan mencapai USD1,8 triliun (Rp15.912 triliun). 
Angka tersebut sekaligus menempatkan Indonesia dalam 20 negara kontributor tertinggi kekayaan global yang melonjak 14% dari USD203 triliun pada Januari 2010 menjadi USD231 triliun pada Juni 2011. 

”Terjadi perubahan radikal dalam tatanan ekonomi dunia di mana pasar negara-negara berkembang merupakan pemicu vital bagi pemulihan global dan menjadi mesin pertumbuhan utama kekayaan dunia,” ungkap Chief Executive Officer Asia Pacific Credit Suisse Osama Abassi dalam laporan tersebut. Berdasarkan Laporan Kekayaan Global Edisi Kedua ini, Asia Pasifik mengukuhkan diri sebagai kontributor penting dalam pertumbuhan kekayaan dunia.Jumlah kekayaan rumah tangga di Asia Pasifik mengalami peningkatan sebesar 23% dari USD61 triliun pada Januari 2010 menjadi USD75 triliun pada Juni 2011.

China, Jepang, Australia, dan India termasuk dalam enam negara kontributor utama terhadap akumulasi kekayaan global ini. Di sisi lain total pertumbuhan kekayaan di Amerika Utara dan Eropa pada periode yang sama masing-masing hanya 9,2% dan 4,8%. Kondisi ini menggambarkan terjadinya pergeseran kekuatan ekonomi dunia dari negara maju ke negara berkembang. “Hal ini merupakan masa perubahan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Konfigurasi ulang dari tatanan ekonomi dunia saat ini sedang mengambil alih,” lanjut Osama.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa kekayaan per orang dewasa meningkat 9% dari USD46.600 pada Januari 2010 menjadi USD51.000 pada Juni 2011 di mana pertumbuhan tertinggi terdapat di Amerika Latin, Asia,dan Afrika. Dalam kurun waktu lima tahun mendatang,kekayaan global diperkirakan akan meningkat hingga 50% menjadi USD 345 triliun dan kekayaan perseorangan akan meningkat 40% hingga mencapai USD70.700. Salah satu faktor pendorongnya adalah pertumbuhan di pasar negara-negara berkembang.
 

Laporan menemukan bahwa pasar negara-negara berkembang memiliki cakupan yang cukup luas untuk meningkatkan kekayaan perseorangan dikarenakan rasio aset keuangan bersih terhadap pendapatan mereka dan rasio utang terhadap pendapatan mereka yang lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian yang maju. Global Head of Research for Private Banking and Asset Management Credit Suisse Giles Keating meyakini peningkatan kekayaan tersebut akan memicu tren baru dalam perilaku konsumsi dan investasi di Asia.
 

“Semakin tingginya tingkat utang perseorangan di Eropa dibandingkan Asia diikuti dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan kekayaan di Asia dibandingkan Eropa,menyiratkan adanya ruang untuk kerja sama guna membantu mengatasi krisis utang Eropa,”kata dia. Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya,A Prasetyantoko, mengungkapkan, kenaikan kekayaan Indonesia erat kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional. Stabilitas ekonomi Indonesia yang relatif lebih baik dibandingkan negara lain turut serta mendorong meningkatnya taraf hidup dan penghasilan masyarakat Indonesia.

”Korelasinya seperti itu, ada hubungan dengan kondisi perekonomian kita,”ujar Prasetyantoko kepada SINDO,kemarin. Meskipun meningkatnya kekayaan dunia ditopang sepenuhnya dari negara berkembang, namun kondisinya tidak sama antara negara berkembang yang satu dengan yang lain. Indonesia yang masuk jajaran 20 besar penyumbang kekayaan dunia,cukup memberikan gambaran bahwa kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan negara Asia lain, bahkan negara maju.
 

wisnoe murti/ ericson sihotang/Rtr/chindya citra
_Laporan terbaru yang dirilis oleh Credit Suisse mengingatkan akan laporan Bank Dunia yang juga menyebutkan bertambahnya jumlah kelas menengah ke atas di Indonesia yang juga meningkat cukup signifikan.  
 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/437366/

Kampanyekan Ekonomi Ramah Lingkungan

Thursday, 20 October 2011
LEVERKUSEN - Sebanyak 47 duta muda lingkungan dari 18 negara ikut dalam Pertemuan Duta Muda Lingkungan Sedunia di Leverkusen, Jerman, sejak Minggu-Jumat (16-21) waktu setempat.


Salah satu poin penting yang dibahas dalam pertemuan yang digelar PT Bayer bekerja sama dengan the United Nations Environment Programme (UNDP) tersebut yaitu mengampanyekan pentingnya penerapan green economy atau sistem ekonomi yang ramah lingkungan. Kesadaran ini muncul karena selama ini belum cukup banyak perusahaan di dunia yang telah menerapkan ekonomi ramah lingkungan.

Kepala Penelitian dan Kerja Sama Bidang Ekonomi dan Perdagangan UNDP Fulai Sheng mengatakan, perusahaan yang memegang peranan penting dalam roda perekonomian,dalam berinvestasi harus mulai memerhatikan pentingnya ekonomi yang ramah lingkungan. ”Faktanya yang terjadi sekarang tidak seperti itu,belum cukup banyak perusahaan yang peduli terhadap penerapan ekonomi ramah lingkungan. Ini harus dimulai dari sekarang,” ujar Fulai Sheng di sela pertemuan bertema Bayer Young Environmental Envoy (BYEE) 2011tersebut.

Dia menjelaskan, untuk bisa mewujudkan hal tersebut, setidaknya ada tiga komponen penting yang harus terlibat yakni pemerintah,pengusaha,dan konsumen. Ketiganya harus bersinergi agar misi menyelamatkan dunia ini bisa tercapai. Pemerintah dalam membuat kebijakan harus berdasarkan pada keselamatan lingkungan, termasuk perlunya mengalokasikan anggaran sebagai stimulus dalam menerapkan sistem ini.”Para pemegang kebijakan, termasuk politisi, harus disadarkan bagaimana dalam membuat setiap kebijakan ekonomi,perlu memperhatikan kelestarian lingkungan,” katanya.
 

Begitu juga pengusaha dalam berinvestasi tidak boleh hanya berorientasi mengejar keuntungan jangka pendek.“Perusahaan- perusahaan besar harus bisa memberikan contoh kepada dunia bagaimana menerapkan ekonomi yang ramah lingkungan,”katanya. Komponen ketiga adalah konsumen. Masyarakat sebagai konsumen memegang peranan penting dalam keselamatan lingkungan, dalam hal ini bagaimana konsumen bisa berperilaku baik sehingga tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
 

Manajer Pengembangan Bisnis dari Bayer Material Science Lisa Christin Ketelsen menambahkan, dalam mewujudkan sistem ekonomi ramah lingkungan, cara lain yang sangat tepat dilakukan yaitu membuat konstruksi bangunan dengan menggunakan bahan- bahan yang ramah lingkungan dan hemat energi. Di sejumlah negara di Eropa seperi Jerman, konstruksi sejumlah bangunan, baik untuk perusahaan, rumah sakit, sekolah,maupun gedung olahraga, sudah banyak yang mulai memerhatikan kelestarian lingkungan.
 

Dia mencontohkan, atap Stadion Bay Arena sebagai markas Bayer 04 Leverkusen menggunakan bahan polycarbonate yang jauh lebih ringan dibandingkan kaca dan bisa tembus cahaya sehingga lebih hemat energi.
 

Laporan Wartawan SINDO
 
ABDUL ROCHIM
 
JERMAN
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/437362/

Tragedi Moralitas di China

GUANGZHOU– China geger oleh peristiwa yang mempertontonkan runtuhnya moralitas serta kepedulian sosial masyarakat untuk menolong sesama.


Sebuah tayangan video menunjukkan Yue Yue, anak berusia dua tahun yang menjadi korban tabrak lari, dibiarkan tanpa pertolongan satu orang pun dari 18 orang yang mengetahui kejadian ini.
 

Yue Yue akhirnya ditolong oleh seorang pemulung, orang ke-19 yang mengetahui kejadian ini, untuk kemudian mendapatkan perawatan di rumah sakit.Peristiwa ini terjadi di Kota Foshan, Guangzhou, pada Kamis (13/10) dan hingga kemarin, Yue Yue masih dirawat di unit gawat darurat rumah sakit militer setempat. Yue Yue dalam kondisi kritis setelah mengalami perdarahan yang parah. Dalam perkembangan terakhirnya,China Daily melaporkan Yue Yue telah mampu bernapas dengan bantuan alat. Namun, napasnya masih terlihat sangat lemah. Tekanan darah dan denyut nadinya telah stabil.
 

Dalam kesehariannya di rumah sakit,Yue Yue didampingi kedua orang tuanya.Kabar buruk yang disampaikan para dokter, syaraf otak yang mengatur gerak refleks pada Yue Yue mengalami kerusakan. Pupil matanya juga tidak mampu bereaksi ketika melihat cahaya. Kamera CCTV menunjukkan Yue Yue ditabrak sebuah mobil berwarna putih.Kemudian, bocah itu ditabrak kembali oleh mobil lainnya. Anehnya, Yue Yue justru dibiarkan oleh 18 orang yang berlalu lalang selama tujuh menit lamanya hingga akhirnya ada seorang pemulung baik hati yang memberikan pertolongan.

Tayangan itu beredar ke seluruh penjuru China.Sebagian besar warga juga mengaku heran kenapa tidak ada seorang pun yang menolong anak yang terluka parah. Itu menjadi tragedi kemanusiaan yang menusuk hati para penduduk China. Berbagai komentar publik mengecam sosok-sosok yang lewat tanpa menolong Yue Yue. ”Apa yang terjadi pada moralitas? Di mana simpati yang seharusnya dimunculkan? Bagaimana mungkin manusia bisa lebih kejam dari hewan berdarah dingin? Pertanyaan- pertanyaan ini mengapung ke ruang publik di China. Publik pun menyanjung Chen Xianmei, seorang perempuan yang setiap harinya bekerja sebagai pemulung yang akhirnya menolong Yue Yue.
 

Pemerintah langsung memberikan bantuan 25.000 yuan atau senilai USD3.800 (Rp33 juta) kepada Chen sebagai balas budi. ”Saya tidak berpikir apa pun saat menolong Yue. Saya hanya ingin menyelamatkan bocah itu,”kata Chen. Chen mengaku tidak akan menerima hadiah uang dari pemerintah itu. Perempuan baik hati itu membantah dirinya mencari popularitas ketika menolak hadiah tersebut.”Saya berencana mendonasikan uang itu untuk membantu biaya perawatan Yue,”katanya tulus.
 

Sementara ibu Yue Yue mengaku tidak mengerti sikap orang yang berlalu lalang di jalanan.Tapi,dia tetap berpikir positif. ”Apa yang dilakukan Chen merepresentasi sifat manusia yang paling baik. Dia orang paling baik di antara kita,” pujinya kepada Chen seperti dikutip CNN. Dua pengemudi yang menabrak Yue Yue berhasil diidentifikasi. Keduanya juga ditangkap polisi. Mereka telah menyatakan permintaan maaf kepada publik.Dilaporkan bahwa sopir pertama yang me-nabrak Yue Yue habis putus cinta dengan pacarnya. Saat menabrakYueYue, sopir itu sedang menelepon.
 

Sejak video Yue Yue disebar melalui internet,banyak pihak menyalahkan orang yang berlalu lalang di jalan itu. Di antara mereka yang membiarkan Yue Yue,ada yang beralasan ketakutan ketika melihat darah berceceran di jalanan. Dia pun tidak menolong Yue Yue. Perempuan itu percaya bahwa Yue Yue terluka akibat bermain dan tidak mengetahui bahwa dia ditabrak mobil. Seorang penjaga toko yang terlihat di video dan tidak memberikan pertolongan juga disalahkan oleh para pelanggannya akibat insiden itu.
 

Dalam video, pelayan itu terlihat berjalan di sekitar tokonya dan melihat Yue.Namun, penjaga toko itu mengaku tidak melihat bocah itu. ”Saya bersumpah demi Tuhan, jika saya melihat bocah itu, saya akan mati di depan muka Anda,”katanya. Seorang pengendara sepeda motor justru menghindari Yue yang sedang terluka. Dia mengaku terlalu gelap saat itu.Dia juga yakin bahwa suara tangisan itu bukan dari arah jalan, tetapi dari arah toko. Video Yue Yue ditonton jutaan orang di China.
 

andika hendra m
_Video itu diunggah di media sosial Youku dan diakses jutaan kali.Di situs media sosial Sina Weibo,4,5 juta status penggunanya membahas insiden Yue.Mereka membuat kampanye online”StopApatis”.  
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/437375/38/

Selasa, 04 Oktober 2011

Nobel Fisika Ungkap Akhir Alam Semesta

Wednesday, 05 October 2011
STOCKHOLM – Tiga astronom berbagi hadiah Nobel Fisika 2011 kemarin atas penemuan alam semesta yang berkembang semakin cepat. Penemuan tersebut berimplikasi bahwa jagat raya akan berakhir membeku.


Ketiga astronom tersebut, Saul Perlmutter dan Adam Riess dari Amerika Serikat (AS) dan Brian Schmidt yang berkewarganegaraan AS-Australia. Menurut pengakuan tiga ilmuwan ini, penemuan tentang nasib alam semesta menciptakan kejutan sekaligus ketakutan. Para astronom ini melakukan penelitian terpisah tentang ledakan bintang (supernova) untuk menetapkan sebuah standar pengukuran gerakan cahaya dalam satu skala kosmologis.

Penemuan tentang alam semesta yang berkembang semakin cepat tersebut dihasilkan melalui berbagai observasi terhadap lebih dari 50 supernova. Diketahui bahwa cahaya dari bintang-bintang yang mati ternyata lebih lemah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Mereka menyimpulkan bahwa semesta berkembang dalam satu tingkat percepatan setelah BingBang (ledakan besar) yang tercipta 14 miliar tahun silam.

”Penemuan bahwa semesta berkembang semakin cepat itu mengejutkan. Jika perluasan terus meningkat (kecepatannya), semesta akan berakhir dalam es,” tutur Komite Nobel kemarin,dikutip AFP. Sesuatu yang mungkin mendorong percepatan tersebut adalah kekuatan yang masih menjadi teka-teki (energi gelap) yang meliputi sekitar tiga perempat semesta.

”Penemuan itu membantu mengungkapkan semesta yang terus meluas yang tidak diketahui sains,”papar Komite Nobel. Perlmutter yang lahir pada 1959 merupakan kepala Proyek Kosmologi Supernova di Laboratorium Nasional Berkeley di California memenangkan setengah dari hadiah sebesar USD1,48 juta.

Schmidt, 44, yang memimpin Tim Pencarian Supernova Tinggi di Australian National University, berbagi setengah bagian hadiah lainnya dengan Riess yang seorang profesor Fisika dan Astronomi di Johns Hopkins University,Baltimore, Maryland. Saat mendengar kabar bahwa dirinya menerima Nobel Fisika, Schmidt mengungkapkan, ”Rasanya seperti saat anak saya lahir.

”Dia menjelaskan, pada jaringan penyiaran publik Swedia, SVT, melalui telepon dari Australia, ”Lutut saya lemas, benar-benar senang, dan saya merasakan situasi yang luar biasa.Ini sangat menggembirakan.”

Terkait penemuannya, Schmidt memaparkan, ”Saya dan Riess bekerja sangat dekat, berbicara melalui telepon sepanjang waktu, mencoba mengungkap hasil gila ini. Kami dengan penuh ketakutan mencoba mengungkapkan di mana kita telah melakukan kesalahan. Kami harap semua orang akan merespons baik pada kami. Ini tampak terlalu gila untuk benar.”

Tiga peraih hadiah Nobel Fisika akan menerima penghargaan dalam acara resmi di Stockholm pada 10 Desember, tepat saat peringatan meninggalnya penemu dinamit dan pengusaha,Alfred Nobel, pada 1896.

Tahun lalu Nobel Fisika jatuh ke tangan peneliti kelahiran Rusia Andre Geim dan Konstantin Novoselov atas kerja pionir dalam penemuan grapene, struktur karbon ultra-tipis yang disanjung sebagai material menakjubkan abad 21. syarifudin
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/433319/

Mengawal Politik Anggaran

Wednesday, 05 October 2011
Perlahan tapi pasti terungkaplah modus operandi mafia anggaran di DPR.Pahit kenyataannya karena ternyata penyelewengan dana anggaran belanja negara terjadi dari hulu ke hilir,mulai dari proses pengajuan draf kebijakan fiskal dan ekonomi sampai pencairan dana untuk proyek di daerah.


Laporan sementara yang dirilis media massa menyatakan, oknumnya berasal dari DPR, kementerian, calo profesional, pebisnis, pemerintah daerah, sampai LSM. Sejauh ini analisis kegiatan penyelewengan anggaran ini terlalu fokus pada pembahasan mafianya, tetapi tidak pada pengaturan bagaimana pembagian dana publik dialokasikan di daerah tertentu untuk keuntungan kepentingan politik tertentu.

Perlunya payung hukum untuk pengaturan jauh lebih penting daripada menolaknya karena kegiatan politik macam ini melekat pada sistem demokrasi, di mana wakil rakyat dan kepala daerah dipilih melalui pemilu,dan dianut pula sistem desentralisasi kekuasaan atau sistem federal.

Dengan kata lain, anggaran belanja negara memang bersumber dari politik kekuasaan, baik antara legislatif dan eksekutif, legislatif dan pelobi,maupun antarpihak pemerintah pusat dan daerah. Kita perlu menjaga diri agar tak terlalu sinis pada Badan Anggarannya, tetapi wajib kritis pada tahap-tahapan pengucuran dana publik yang berpangkal di sini.

Tiadanya pengaturan membuat proses alokasi dana publik untuk daerah atau proyek tertentu demi kepentingan politik tertentu melibatkan banyak tangan yang membuat alokasi tersebut rawan korupsi. Semakin banyak invisible hand yang terlibat, semakin banyak pula dana publik yang hilang dikorupsi.

Di Amerika Serikat (AS) dana ini dibagikan di Kongres dan meskipun usia demokrasi mereka jauh lebih tua daripada kita, masih kerap dijumpai dana tersebut berlabuh di tangan kontributor kampanye. Di Filipina, dana ini mengalir melalui Countrywide Development Fund (Dana Pengembangan Negeri).

Ketika dana tersebut dihapuskan pada masa Presiden Joseph Estrada, parlemennya membuat Lingap para sa Mahirap dan Rural/Urban Development Infrastructure Fund, yang maknanya serupa yakni dana untuk pengentasan kemiskinan dan pengembangan infrastruktur perdesaan dan perkotaan. Jepang,Australia, Inggris, bahkan Finlandia dan India punya dana serupa.

Mereka yang telah memiliki payung hukum pun masih rawan dikorupsi, apalagi yang tidak memilikinya. Istilah berkonotasi negatif yang umum digunakan untuk proses pengucuran dana macam ini adalah pork-barrel politics atau politik gentong babi. Permainan pork-barrel memang umum terjadi di tahap pembahasan di parlemen, pengucuran dana,penerapan anggaran, dan sebenarnya juga dalam proyek kementerian/kepresidenan.

Di satu sisi,pork-barrel membawa berkah bagi politisi yang membagikan dana. Penelitian dari Boston University pada Mei 2011,Douglas Kriner & Andrew Reeves, menunjukkan bahwa di AS pemilih menyokong presiden (atau calon dari partainya) yang meningkatkan dana pemerintah pusat untuk komunitas di daerah pemilihannya.

Dana adalah hadiah politik dalam pemilu asalkan garis tanggung jawabnya jelas dan daerah pemilihnya punya garis ideologi yang selaras dengan calon presiden.Pork-barrel juga merupakan proyek yang biayanya ditanggung banyak orang karena sumber dananya adalah pajak, tetapi yang diuntungkan hanya segelintir orang.

Dalam diskusi dengan seorang rekan kerja,saya simpulkan bahwa pork-barrel di Indonesia lebih banyak celakanya daripada untungnya karena sejumlah kesenjangan berikut. Pertama, tidak ada peraturan perundangan yang mengatur pelaksanaan pork-barrel, padahal di negara lain ada UU tentang hal ini.

Dalam APBN, dana ke daerah diatur dalam UU 33/2004 yakni DAU,DAK, dan dana bagi hasil, tetapi komponen dana dekonsentrasi tersebut tidak diatur detil pembagiannya sehingga muncullah yang disebut dana penyesuaian.

Ini sumber masalah karena aturan mainnya hanya berupa kesepakatan antara Badan Anggaran dan Kementerian Keuangan. Ruang keleluasaan penentuan pembagian dananya terlalu besar antara dua lembaga ini.

Kedua, kebutuhan anggota DPR untuk membawa “proyek” bagi daerah pemilihannya masih mendatangkan penolakan banyak pihak, dan kalaupun ada melalui dana bagi hasil,perhitungannya berdasarkan jumlah pemilih, padahal justru kerap ditemukan bahwa di daerah yang jumlah pemilihnya sedikit butuh biaya besar (misalnya Papua,Kalimantan).

Ketiga,dana belanja daerah tidak dibahas di komisi dan tanpa menyertakan mitra kerja di kementerian dan lembaga negara, padahal implementasinya akan mengikutsertakan pihak- pihak tersebut.

Keempat, informasi hasil kesepakatan di Badan Anggaran dan rencana realisasi di lapangan tidak tersedia untuk publik. Itu sebabnya dengan mudahnya kesepakatan yang ada kemudian dicalokan dengan sejumlah tambahan biaya.

Dalam era demokrasi dan desentralisasi kekuasaan ke daerah, satu hal perlu diingat bahwa DPR dan DPRD sesungguhnya punya hak mengelola dana untuk kepentingan daerah pemilihannya. Tak cukup bagi mereka untuk punya hak menyusun anggaran bila bagi pemilihnya ia tak punya instrumen untuk “berterima kasih”.

Yang perlu dijamin adalah agar dana optimalisasi ini punya payung hukum. Selain itu,DPR juga perlu dibantu oleh deretan staf yang menguasai substansi pelayanan publik. Di AS ada Congressional Budget Office yang staf-stafnya sekaliber staf pejabat kementerian.

Tanpa ini,perdebatan anggaran menjadi dagang sapi belaka, apalagi karena proses rekrutmen politisi di Indonesia belum sesuai keahlian. Ada baiknya juga dipikirkan mekanisme keterlibatan DPD dalam penyusunan anggaran daerah karena DPD seharusnya digalakkan untuk menyuarakan kebutuhan daerah.

Pada akhirnya perlulah kita sadari bahwa penyelewengan dana publik tak mungkin terjadi bila satu pihak saja menolak untuk menyelewengkannya. It takes two to tango– butuh dua pihak supaya penyelewengan terjadi. Karena itu, integritas para pejabat kementerian dan DPR perlu ditempa terus supaya layak menerima kepercayaan publik melalui kemenangan dalam pemilu.  DINNA WISNU PHD Direktur Pascasarjana Bidang Diplomasi, Universitas Paramadina
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/433324/

Senin, 03 Oktober 2011

Gara-gara Lempar Pasir, Guru SDN Diadili

Tuesday, 04 October 2011
 Nasib malang menimpa Vini Noviani,33,akibat perbuatannya melempar pasir ke Hehe Samsyudin yang berstatus sebagai pengembang Perum Balai Kembang,pada 6 Juni 2011 lalu.

Guru honorer SDN Regol XIII Kiansantang harus duduk di kursi pesakitan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya pada sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Garut,kemarin. Dalam sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Arumi Ningsih,guru bahasa Inggris tersebut didakwa telah menganiaya H Hehe Samsyudin. Wanita cantik berkulit putih ini dikenakan Pasal 351 ayat 1 KUHP tentang Penganiayaan. Akibatnya,terdakwa terancam hukuman 2 tahun 8 bulan.

Dari informasi yang dihimpun SINDO,setelah dilempari pasir oleh terdakwa, korban kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Garut Kota dan memperkuat laporannya tersebut dengan hasil visum luka yang dialami dirinya dari RSUD dr Slamet Garut.Kasus pun kemudian berkembang dengan dilimpahkannya berkas kepada pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut.

Peristiwa pelemparan itu sendiri setidaknya terjadi di Jalan Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota sekitar 09.30WIB.Bermula saat terdakwa terlibat cekcok dengan korban di depan rumahnya,di Perum Balai Kembang.Dalam perselisihan itu,korban yang emosi kemudian mendorong terdakwa hingga terjatuh. Tidak terima mendapat perlakuan seperti itu,terdakwa yang masih tersungkur kemudian mengambil segenggam pasir dan secara spontan melemparkannya ke tubuh bagian atas korban.

Suami terdakwa,Yadi Mulyadiono,37,yang ketika itu melihat langsung kejadian tersebut langsung melerai dengan mencoba memisahkan korban. Menurut Yadi,insiden antara istrinya dengan korban dipicu masalah tunggakan kredit rumah yang sudah mereka tempati selama kurun waktu 3,5 tahun.Karena berbagai hal,Yadi dan terdakwa tidak sanggup membayar angsuran selama lima bulan. Akan tetapi,tanpa perundingan dan pemberitahuan terlebih dulu,cicilan rumah mereka ke pihak bank dibayar lunas oleh korban. Selanjutnya,korban pun meminta agar Yadi membayar bunga atas pelunasan yang dilakukan korban sebesar Rp3,5 juta per bulan.

Sementara itu,Jaksa Penuntut Umum (JPU) Regi Komara mengatakan,terdakwa secara meyakinkan telah melanggar Pasal 351 ayat 1. Menurut Regi,terdakwa telah melakukan perbuatan yang menyebabkan korban mengalami sejumlah luka di wajah.“Dari hasil visum yang disertakan,korban mengalami luka lecet di dahi sebelah kiri dan memar pada dahi sebelah kanan,”katanya. Kasus ini sendiri setidaknya mendapatkan berbagai tanggapan dari berbagai pihak. Praktisi hukum sekaligus Lektor Kepala Sekolah Tinggi Hukum (STH) Garut Djohan Djuhari menilai,ada kejanggalan dalam proses hukum yang dijalani terdakwa.

Dia menganggap,pihak kejaksaan dan pengadilan tidak berhak menahan terdakwa dikarenakan yang bersangkutan tidak memiliki motif untuk melarikan diri. Senada dengan Djohan, Ketua Forum Guru-Guru Kabupaten Garut Dadang Johar Arifin mengaku sangat menyayangkan terjadinya kasus ini.Menurut Dadang, sebenarnya masalah ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan. F

ANI FERDIANSYAH
Garut 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/432862/

Menghabisi Perampok Uang Rakyat

Tuesday, 04 October 2011
 Membaca, mendengar, dan menonton berbagaiberitamediamassa mengenai korupsi selama era Reformasi,hati ini miris.Jika di masa Orde Baru mereka yang tersangkut masalah korupsi sebagian besar adalah pejabat politik dan aparat negara dari kalangan eksekutif, di era Reformasi justru merata di tiga cabang institusi: legislatif,eksekutif, dan yudikatif.


Berubahnya bandul politik dari yang dulu berat ke eksekutif (executive heavy) menjadi ke legislatif (legislative heavy) pada era Reformasi menyebabkan lembaga perwakilan rakyat di tingkat pusat,DPR,memiliki kekuasaan amat besar bukan saja di bidang legislatif,melainkan juga ke eksekutif dan yudikatif.

Tengok misalnya, DPR kini memiliki hak inisiatif yang amat besar dalam membuat rancangan undang-undang,kecuali dalam RUU APBN.DPR memiliki kekuasaan yang amat besar dalam menentukan seseorang atau sekelompok orang menduduki jabatan sebagai Panglima TNI,Kapolri,duta besar, komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU),Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), hakim agung,anggota Komisi Yudisial, dan sebagainya.

DPR juga memiliki sebagian fungsi yudikatif dalam mengawasi jalannya pemerintahan dengan berbagai hak yang dimilikinya.Satu hal yang kini marak dibicarakan orang, para “oknum”di komisi-komisi dan Badan Anggaran (Banggar) DPR juga dapat menentukan daerah mana yang patut diberi anggaran pembangunan, berapa jumlahnya, proyeknya apa, kontraktornya siapa, asalkan memberikan fee kepada para oknum tersebut.

Para oknum perampok uang rakyat itu, bahasa kerennya mafia anggaran,memang tidak bermain sendirian, tapi bekerja sama dengan pejabat di kementerian/ lembaga, pejabat daerah, pengusaha, dan ada juga yang melalui calo di kementerian atau di DPR.Kerja mereka amatlah rapi!

Tak heran jika anggota Banggar DPR dari Fraksi Partai Golkar,Bambang Soesatyo, mengatakan, “Permainan mafia anggaran melibatkan banyak pihak dan tertutup.Sulit untuk membuktikan dugaan permainan itu karena praktiknya seperti orang buang gas.Ada bau,tetapi sulit diketahui siapa yang membuang gas.” (Kompas, Kamis, 29/9/2011).

Maka itu, jangan heran ketika hasil verifikasi Pos Pengaduan Praktik Mafia Anggaran yang dimotori fungsionaris Partai Golkar Zainal Bintang dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Laode Ida dimuat sebuah harian nasional di Jakarta langsung membuat kaget pimpinan Banggar dan anggota komisi yang namanya tercantum dalam laporan itu. Kata-kata “fitnah”, “akan menuntut”,“saya tak tahu apaapa”, atau “nama saya dicatut” menjadi kosakata yang umum kita baca atau dengar belakangan ini.

Ini berarti terminologi Bambang Soesatyo mengenai praktik mafia anggaran “seperti orang buang gas” bukan lagi sebuah asumsi, melainkan bisa melompat menjadi paradigma! Sebenarnya praktik mafia anggaran bukan cerita baru. Sejak lama orang sudah menciumnya walau sulit membuktikannya.

Info utama mengenai mafia anggaran ini justru datang dari para anggota DPR. Seorang pimpinan DPR pernah bercerita kepada penulis bagaimana mafia anggaran itu bekerja. Ia hanya mengelus dada sembari mengatakan,“Itulah kalau politisi di DPR tidak memiliki penunjang dana bagi keberadaannya di DPR.Modal yang mereka keluarkan untuk terpilih menjadi anggota DPR amat besar,dari ratusan juta rupiah sampai miliaran rupiah.”

Bahkan ada anggota DPR yang menurut informasi yang penulis dapatkan dari rekan di DPR mengeluarkan uang sampai Rp6 miliar agar terpilih pada Pemilu Legislatif 2009. Fantastis! Seorang anggota DPR lain bercerita, di Banggar itu pemain utamanya tidak banyak, kurang dari lima orang.

Mereka ditunjang oleh para “korlap” (koordinator lapangan) yang bertugas menjadi perantara antara pimpinan Banggar,pejabat kementerian, kepala dinas di daerah,dan pengusaha.Kadang pejabat tinggi kementerian sendiri yang menawarkan proyek pembangunan kepada bupati atau kepala dinas, dengan syarat daerah membayar 10% fee di muka!

Kadang pula oknum anggota DPR dari salah satu komisi yang datang ke daerah menawarkan proyek kepada pimpinan daerah dengan janji pasti dapat asalkan pimpinan daerah menyerahkan fee yang angkanya sama,10%! Uang diserahkan baik dengan cara transfer antarbank atau tunai.

Mereka lebih menyukai cara tunai karena khawatir transfernya akan diketahui PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Uang yang diminta menggunakan kata sandi yang sangat inspiratif,“Apel Malang”untuk mata uang rupiah atau “Apel Washington” untuk mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Jika terjadi penangkapan oleh KPK,ibarat operasi intelijen, para pimpinannya akan menyatakan tidak tahu-menahu dan membiarkan para korlapnya berhadapan dengan aparat KPK. Seorang pemimpin mafia di DPR ketika beberapa kawannya sudah masuk bui karena kasus korupsi ada yang merasa dirinya “sakti” dan mengatakan kepada para wartawan bahwa “Kaus yang saya pakai ada tujuh lapis,KPK tak bisa menyentuhnya!” Apa lacur, akhirnya dia juga dijatuhi hukuman satu tahun lebih oleh Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi).

Gas buangan yang tidak berwarna, tidak bisa dilihat, ternyata tetap saja dapat dicium dan dibuktikan siapa yang membuang gas busuk itu. Informasi mengenai mafia anggaran juga bisa kita dapatkan dari anggota DPR atau pengusaha yang tertangkap.

Kasus korupsi yang menyangkut M Nazaruddin, El Idris,dan Mindo Rosalina Manullang adalah kasus yang menyebabkan mereka “bernyanyi ria” membongkar siapa-siapa saja yang terlibat dalam perampokan uang rakyat itu. Kita berharap bukan hanya mereka bertiga dan sekjen Kemenpora yang akan diperiksa KPK dan diadili di Pengadilan Tipikor.

Atas nama keadilan, mereka yang tersangkut dalam kasus korupsi dalam proyek apa pun yang menyangkut komisi dan Banggar DPR––baik pengusaha, birokrat, anggota dan pimpinan komisi/Banggar, bahkan menteri––harus diadili seadil-adilnya dan harus masuk bui jika terbukti bersalah.

Tanpa itu,negeri ini tidak akan meningkat peringkat persepsi korupsinya ke arah yang lebih baik. Negeri ini akan tetap dipandang sebagai negeri yang oknum-oknum pejabat legislatif, eksekutif,dan yudikatifnya amat korup.Jika oknumnya banyak, tepatkah kita menggunakan kata oknum lagi???  IKRAR NUSA BHAKTI Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/433011/