Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Sabtu, 25 Februari 2012

Tanatos


PDF Print
Sunday, 26 February 2012
Beberapa minggu terakhir ini setiap hari saya menyaksikan CNNdan BBC. Ada pembantaian manusia, termasuk perempuan dan anakanak, di Kota Hom,Suriah,oleh tentara Pemerintah Suriah.


Beberapa pemuda lokal yang pemberani, nekat keluar rumah untuk mengambil rekaman video setiap hari dan membocorkannya lewat Youtube ke dunia luar. Bahkan beberapa wartawan dan juru kamera profesional juga berhasil menerobos masuk dan melaporkan pandangan mata yang mengerikan. Bom-bom dan roket berjatuhan setiap menit,tank-tank berseliweran di tengah kota dan jam malam, korban-korban luka, dan tewas,anak umur dua tahun tewas, sementara ibunya menangis meraung-raung; tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada pemanas (saya baru pulang dari Istanbul dan merasakan sendiri betapa dinginnya udara tanpa pemanas di daerah itu,karena musim dingin tahun ini yang memang ganas).

Juga tidak ada obat-obatan dan para dokter (yang juga berjibaku untuk membantu sesama manusia) tidak bisa berbuat banyak. Dua dari wartawan pemberani itu seorang reporter dari Prancis dan seorang reporter wanita dari Amerika yang dikabarkan tewas pada Rabu,22 Februari 2012. Hal yang membuat saya gemas adalah mengapa dunia tidak bertindak? Kekuasaan Presiden Hafez al-Assad yang dilanjutkan oleh anaknya, Presiden Bashar al-Assad sudah berlangsung sejak 1970 sampai sekarang, didukung partai tunggal Baath sebagai kendaraan politiknya.

Melihat pengalaman Mesir,Yaman,dan Libya,maka arah perkembangan politik sudah bisa ditebak,yaitu pemerintah harus menyerahkan kekuasaan pada kekuatan demokrasi. Tetapi kenyataannya, sudah lebih dari setahun perkembangan justru kian buruk. Kalau di Libya tentara Amerika dan konco-konconya membantu pemberontak habishabisan dan akhirnya bisa menghabisi Muammar Khadafi, di Suriah Presiden Obama hanya mengeluarkan ancaman keras,dan Komisi HAM PBB hanya menyerukan agar pemerintah Suriah berhenti membunuhi rakyatnya sendiri.

Tetapi Dewan Keamanan tidak berhasil mencapai kesepakatan untuk mengutuk Suriah karena diveto oleh Rusia dan China. Konon karena Rusia punya pangkalan Angkatan Laut di Suriah dan China memang konconya Rusia.Sementara itu pemerintah Suriah terus mengatakan bahwa mereka tidak membunuhi warga sipil,hanya memberantas tentara pemberontak. Semua rekaman video itu cuma rekayasa teknologi.

*** Kesimpulan sementara saya, tentara dan Pemerintah Suriah,Pemerintah Rusia dan China dan mungkin sekali pemerintah- pemerintah negaranegara Arab lain yang tidak membantu Suriah tidak pancasilais. Jelas mereka tidak berperikemanusiaan dan tidak berketuhanan. Terlepas dari latar belakang politik apa pun, orang yang cinta pada Tuhan dan sesama manusia tidak akan tega membiarkan ada orang lain, apalagi perempuan dan anak-anak, menjadi korban seperti itu.

Manusia yang cinta Tuhan dan sesama manusia tidak akan mengatakan bahwa ibu yang meraung-raung di samping jenazah anaknya adalah rekaan teknologi (barangkali Juru Bicara Pemerintah Suriah pernah menonton video tentang pembantaian di Mesuji yang memang rekayasa). Sementara itu, kekejaman yang melebihi batas perikemanusiaan tidak hanya terjadi di Suriah.Sejarah telah mencatat antara lain Hollocaust (pembantaian Yahudi oleh Nazi) di Jerman, dan ”Killing Field” di Kamboja (pada zaman Jenderal Pol Pot,Khmer Merah).

Di Indonesia sendiri pernah terjadi pemberontakan PKI 1948 dan 1965 yang berdarah-darah. Juga kerusuhan Jakarta 1998 yang minta korban ratusan (atau ribuan?) korban, termasuk etnik China yang konon diperkosa massal.Pada 1999 saya menyaksikan sendiri kekejaman sektarian di Ambon dan kekerasan etnik Kalimantan Barat. Sangat mengerikan dan lebih mengerikan lagi kekejaman yang melewati batas perikemanusiaan itu universal, berlaku di seluruh dunia dan tidak mengenal zaman. Mengapa? Padahal agama selalu mengatakan bahwa manusia selalu dilahirkan dengan cinta kasih dan membawa damai di bumi.

Orang yang bisa menjelaskan ini, menurut pendapat saya,hanya Sigmund Freud,seorang psikoanalis Yahudi yang hidup di Wina, Austria, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang akhirnya harus mengungsi dari kota kelahirannya ke London,untuk menghindari kejaran Nazi Jerman. Dalam teori psikoanalisis Freud berteori, jiwa manusia terdiri dari tiga sistem yaitu id,ego,dan superego. Ego adalah yang kita sadari sebagai aku (siapa aku, apa yang kutahu, di mana aku, aku mau apa,mau ke mana,dll). Aku inilah yang berhubungan dengan dunia luar: engkau, alam sekitar dan lainnya. Superego adalah apa yang sering kita sebut sebagai hati nurani.

Dia yang melarang atau menganjurkan ego untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan normanorma yang berlaku. Jadi dorongan amar makruf nahi munkar menurut Freud datangnya dari superego. Di sisi lain,id berisi dua naluri yang dibawa sejak lahir oleh setiap manusia, yaitu naluri seks (disebut libido sexualis) dan naluri agresi (tanatos).Tentang libido tidak akan saya bicarakan di sini,karena sudah sering dibahas dalam seminarseminar atau talk-show tentang seks.

Sebaliknya tentang tanatos, tidak banyak yang tahu,padahal inilah yang menurut Freud jadi sumber agresivitas manusia, kapan saja, di mana saja,jika superegotidak bisa mengalahkan id dalam persaingannya mempengaruhi ego. Jadi, kata Freud, ego itu selalu jadi ajang perebutan pengaruh antara id dan superego. Dalam menghadapi dunia luar, ego akan membertimbangkan tiga faktor yang akan menentukan reaksi atau perilakunya, yaitu imbauan superego, dorongan id dan situasi realitas itu sendiri.

Superego yang lemah akan membuat id (libido maupun tanatos) merajalela, sedangkan superego yang terlalu kuat akan menyebabkan ego jadi penakut, peragu, kurang percaya diri, dll. Tetapi yang paling sering terjadi adalah setiap ego (yang selalu berprinsip realitas paling penting) akan mengikuti apa yang paling menguntungkan untuk dirinya yang dimungkinkan dalam realitas.

*** Kembali kepada tanatos. Naluri ini akan muncul setiap kali situasi di luar lebih memberi peluang kepada tanatos ketimbang superego. Sebagai contoh, warga Syiah di Sampang, Madura, atau warga Ahmadiyah di Cikeusik,atau warga Kristen dan Islam di Ambon atau Poso, atau warga Madura di Kalimantan Barat dan Tengah. Puluhan tahun mereka hidup damai saling berdampingan dengan warga lainnya, tidak ada masalah.Tiba-tiba, entah karena skenario politik atau pengaruh media massa global, provokator atau yang lainnya, situasinya jadi penuh permusuhan.

Dalam hal ini yang tidak ikut bermusuhan akan rugi sendiri dan yang ikut akan mengambil keuntungan. Serdadu-serdadu Suriah gencar menggempur Kota Hom karena mereka mengharapkan kekuasaan akan terus di tangan Presiden Bashar al- Assad yang akan memberinya keuntungan. Pemerintah Rusia mengharapkan pangkalan angkatan lautnya terselamatkan, dan China yang konco Rusia sejak Perang Dingin ikutikut mendukung Rusia.Warga Kalimantan Barat dan Tengah mengusir orang Madura karena dianggap sering merugikan masyarakat dan seterusnya.

Semua itu dikendalikan oleh tanatos. Superego tidak berfungsi, sepanjang ego mendapat keuntungan dari tanatos. Jadi walaupun Presiden Bashar al-Assad di BBCdigambarkan salat berjamaah dengan para menterinya dan pasti membaca “…ihdinash-shirathal mustaqim,”begitu mereka memberi salam pada rakaat terakhir ke kanan dan ke kiri, maka semua doa itu lenyap dan tanatos kembali merajalela. 

SARLITO WIRAWAN SARWONO
Guru Besar Fakultas Psikologi UI, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/472714/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar