Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Kamis, 28 Juni 2012

Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (3)



Kamis, 28 Juni 2012, 11:37 WIB
Blogspot.com
  
Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (3)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Makna pohon (al-syajarah) di dalam ayat, B“Dan kami berfirman, ‘Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu dalam surga dan makanlah dari makanannya sepuas-puasnya apa saja kamu berdua sukai dan janganlah kamu hampiri pohon ini, (jika kamu menghampirinya) maka akan menjadilah kamu dari golongan orang yang zalim’.”(QS. Al-Baqarah: 35). 

Ialah faktor pengecoh dalam bentuk kesenangan biologis, yaitu bukan makanan spiritual berupa hikmah dan makrifat. Pemenuhan kebutuhan biologis sama artinya mengaburkan cahaya batin. 

Itulah sebabnya Allah SWT menutup ayat ini dengan fatakuna min al-dzalimin(maka akan menjadilah kamu dari golongan orang yang zalim). Kata al-dzaliminjamak dari dzulm berari kegelapan, yakni orang yang meninggalkan cahaya kemudian larut di dalam kegelapan. 

Dalam suasana kegelapan tanpa cahaya petunjuk anak manusia itu melepas pakaiannya masing-masing karena tidak kuasa lagi menolak godaan setan sebagaimana dalam ayat, “Setelah itu maka setan membisikkan (hasutan) kepada mereka berdua supaya (dapatlah) ia menampakkan kepada mereka akan aurat mereka (yang sekian lama) tetutup dari pandangan mereka, sambil berkata, ‘Tidakkah Tuhan kamu melarang kamu daripada (menghampiri) pohon ini, tetapi (karena ia tidak suka) kamu berdua menjadi malaikat atau men jadi dari orang-orang yang kekal (selama-lamanya di dalam surga)’. (QS. Al-A’raf: 20).

Dalam suasana kegelapan dan tanpa pakaian maka keduanya terjadi puncak pelayanan kesenangan biologis dan pada waktu bersamaan hilanglah kontrol cahaya batin dan pada akhirnya terjadilah peristiwa kejatuhan itu sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran. 

“Dengan sebab itu dapatlah ia menjatuhkan mereka berdua (ke dalam larangan) dengan tipu dayanya. Setelah mereka memakan (buah) pohon itu, terbukalah kepada mereka berdua aurat masing-masing dan mereka mulailah menutupnya dengan daun-daun (dari) surga. Serta Tuhan mereka menyeru kepada mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepada kamu bahwa setan itu adalah musuh kamu yang nyata?”

Setan yang membujuk dan pohon sebagai objek godaan membuat mereka jatuh ke dalam kelekatan dengan tabiat alamiah atau intuisi indrawi berupa kenik matan lahiriah. Akibatnya, mereka takluk di bawah pengaruh hasrat itu dan mereka terpaksa harus merasakan akibatnya. 

Allah berfirman, “Turunlah kamu semuanya dengan keadaan setengah kamu menjadi musuh bagi setengah yang lain dan bagi kamu disediakan tempat kediaman di bumi dan juga diberi kesenangan hingga ke suatu ketika (mati). Di bumi itu kamu hidup dan di situ pula kamu akan dikeluarkan (dibangkitkan hidup semula pada hari kiamat ).” (QS. Al- Baqarah: 24-25).

Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (2)



Kamis, 28 Juni 2012, 10:27 WIB
Blogspot.com
  
Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (2)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Iblis dikonotasikan dengan wahm atau intuisi indrawi. Sifat intuisi indrawi ini memberikan suatu kesadaran cepat, namun sering mengecoh dan mengelirukan. 

Intuisi indrawi ini memperingatkan kita tentang kenyataan bahwa sifat-sifat kebencian, kebenaran, ketamakan, dan kebaikan mungkin ada dalam diri seorang manusia atau seekor hewan, seperti serigala harus dihindari dan anak harus disayangi, dan lain sebagainya. 

Intuisi indrawi, menurut Kasyani, sebagaimana yang disederhanakan oleh Murata dengan mengatakan indra perantara yang ditempatkan di suatu tempat antara akal dan persepsi indra. 

Dengan demikian, kesadaran yang disuguhkannya adalah kesadaran dangkal dan tidak bersifat universal. Intuisi indrawi yang tidak dituntun oleh akal akan berpotensi menjerumuskan manusia ke dunia kesengsaraan. Peran akal untuk membimbing intuisi indrawi penting sekali jika seseorang menghendaki keselamatan.

Surga (al-jannah) adalah tempat di mana "adam" dan "hawa" diperintahkan oleh Tuhan untuk tinggal bersama tidak lain adalah langit dari Alam Arwah, suatu Padang Kesucian, di mana Allah memerintahkan: Uskun anta wa zaujuk al-jannah (tinggallah bersama pasanganmu di surga). 

Kata jannah sendiri berasal dari kata janana berarti tersembunyi, tertutupi, seakar kata dengan: jin yang tidak terlihat, janin yang tersembunyi di dalam rahim ibu, dan majnun orang gila karena akal normalnya hilang.

Di dalam surga, keduanya diperintahkan: wa kula minha ragadan haitsu syi'tuma (Dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu) (QS. Al- Baqarah: 35). Makanan di sini tentu bukan makanan biologis karena itu Dunia Ruh. Makanan di dalam ayat ini adalah makanan simbolis berupa ilmu dan kearifan langit. 

Keduanya diminta menyebar dan melintas batas kemana pun, tetapi keduanya diperingatkan: Wa la taqraba hadzihi al-syajarah fatakuna min al-dzalimin (Tetapi janganlah mendekati pohon ini nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim)(QS. Al-Baqarah: 35). Kata dzalim dari kata dzulm berarti gelap (kegelapan), yakni meletakkan cahaya di tempat kegelapan, atau melakukan kesalahan, atau gagal melaksanakan hak dan kewajiban.

Peran setan atau iblis menggoda mereka, "fa adzalla huma alsyaithan 'anha fa akhraja huma mimma kana fihi wa qulna ihbithu ba'dhakum li ba'dhin 'aduwwun" (Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, "Turunlah kamu, sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain) (QS. Al-Baqarah: 36). 

Akhirnya, keduanya tergelincir dari kedudukan mereka di surga menuju jurang perangai dengan cara memikat dan mereka dengan kenikmatan-kenikmatan biologis dan menguasai mereka selamanya. Inilah makna: Wa lakum fi al-ardhi mustaqarrun wa mata'un ila hin (Dan bagi kalian ada tempat tinggal dan kesenanangan di bumi sampai waktu yang ditentukan) (QS. Al-Baqarah: 32).

Iblis yang diciptakan dari api (khalaqtani min nar) (QS. Al-A'raf: 12), yakni diciptakan dari bagian-bagian dari ruh hewan yang paling halus dan merupakan paling panas dalam tubuh, maka Allah menyebutnya dengan api, panasnya menuntut peninggian diri atau sombong. 

Itulah sebabnya, ketika ditanya Tuhan mengapa tidak mau sujud kepada Adam, dia menjawab, “Ana khairun minhu, khalaqtani min nar wa khalaqtahu min thin (Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau citptakan dari tanah).” (QS. Al-A'raf: 12). 

Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (1)



Kamis, 28 Juni 2012, 09:16 WIB
Blogspot.com
  
Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (1)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Drama kosmik yang menceritakan jatuhnya nenek moyang kita Adam dari surga kenikmatan ke bumi penderitaan melibatkan beberapa aktor penting, yaitu Iblis, Hawa, malaikat. 

Selama ini, kita secara lugu memahami drama ini sebagai peristiwa faktual sebagaimana ditemukan di dalam kitab-kitab tafsir Sunni yang diakui (mu'tabarah). Di sana ada Iblis sebagai aktor paling berpengaruh menyebabkan pe ristiwa ini terjadi. 

Paling jauh kita dipahamkan bahwa drama kosmik ini pelajaran penting bagi anak cucu Adam agar jangan jatuh di lubang yang sama. Jika ingin kembali ke surga yang pernah dicicipi nenek moyang kita itu, maka kita harus mengikuti ajaran syariah Islam yang berisi tuntunan, perintah, dan larangan.

Abd Razzaq Al-Kasyani, seorang ulama Isy’ari dalam kitab Al-Ta'wilat-nya berpendapat lain. Ia mengatakan bahwa drama kosmik itu lebih bermakna metaforis. Para aktor yang terlibat di dalam kisah tersebut seolah bukan figur, tetapi lebih bermakna simbolis, sehingga drama tersebut lebih merupakan mitos daripada sebuah kisah sebagaimana dipahami selama ini.

Kita bisa berbeda pendapat atau bahkan menentang pendapat Kasyani, tetapi ulasan-ulasannya menarik untuk disimak. Sebagai seorang ulama yang dekat ke Syiah, ia tidak menafikan makna eksoterik sebuah teks suci Alquran tetapi juga mengakui adanya makna esoterik di balik setiap teks, apa lagi teks-teks yang bersifat penceritaan.
Sebagaimana umumnya ulama Syiah dan sufi, mengakui bahwa setiap nama-nama di dalam Alquran termasuk mutasyabihat yang memiliki makna lebih dari satu.

Menarut Kasyani, Adam dikonotasikan dengan hati (qalb), Hawa dikonotasikan dengan jiwa (nafs), dan Iblis sebagai aktor penting dalam drama kosmik sesungguhnya bukan figur tetapi dikonotasikannya dengan wahm yang diterjemahkan oleh Murata dengan intuisi indrawi. 

Adam dikonotasikan dengan kalbu atau hati karena ia telah diajarkan nama-nama semuanya (wa 'allama Adam al-asma' kullaha). Dengan demikian, Adam menjadi maklum akan ciri dan identitas benda-benda serta manfaat, risiko, dan bahayanya.

Hawa dikonotasikan jiwa atau nafsu, sehingga sering menjadi kata majemuk hawa-nafsu. Hawa sendiri secara harfiah berarti "kecenderungan merah pada warna hitam", karena itu nafs tidak terpisahkan dengan badan yang gelap dan hawa adalah warna yang didominasi oleh warna hitam. 

Bandingkan dengan Adam yang secara harfiah berarti "terbubuhi warna hitam". Kata adam seakar kata dengan udma berarti cokelat atau warna yang cenderung pada warna hitam.

Simbolisme Huruf dan Angka (6-habis)



Rabu, 27 Juni 2012, 13:18 WIB
parisnajd.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (6-habis)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Tak hanya IslamPembahasan makna simbolik huruf dan angka ternyata tidak hanya dikenal di kalangan teosofi Muslim, tetapi juga di dalam agama-agama lain. 

Makna alfabet Cina dan Jepang lebih kental lagi dengan nuansa mistisnya, karena huruf-hurufnya disusun berdasarkan perenungan simbolik dari pertarungan kearifan dan kezaliman atau antara kebaikan dan keburukan. 

Kebaikan dilambangkan dengan huruf-huruf lurus, baik secara vertikal maupun horizontal. Sedangkan keburukan disimbol kan dengan huruf-huruf yang bengkok atau berliku. 

Dalam tradisi mistisisme Cina (Feng Sui) makna metafisik di balik setiap wujud dimaknai sedemikian rupa, termasuk simbol huruf dan bilangan. Ini mengingatkan kita pada hermeneutisme Syiah bahwa ungkapan benda-benda (ism 'alam) dalam Alquran semuanya mutasyabihat, yang mengisyaratkan makna lahir (eksoterik) dan makna batin (esoterik).

Di dalam tradisi Kabbalah juga sangat kental dengan pemaknaan simbol-simbol huruf. Huruf-huruf alfabet Hebrew berjumlah 27 buah yang terdiri atas 22 harus ditambah lima akhiran. 

Huruf-huruf tersebut ialah: alef, beth, gimel, daleth, he, vau, zayin, cheth, teth, yod, aph, lamed, mem, nun, samekh, ayin, pe, tzaddi, qoph, resh, shin, tav, akhiran caph, akhiran mem, akhiran, nun, akhiran pe, dan akhiran tzaddi. Kalangan Kabbalis memaknai secara metafisik (baca: mistik) huruf-huruf tersebut. Setiap huruf-huruf tersebut dihubungkan dengan fenomena alam dan fenomena batin.

Sebagai contoh huruf pertamanya, aleph (dibaca 'alif', sama dengan alfabet Arab) dimaknai sebagai prinsip ganda (dual principle) yang merepresentasikan keseluruhan wujud dan keseluruhan yang tidak berwujud. 

Di dalam Kabbalah dikenal puncak segala rahasia (the secred of the secred) yaitu Ain Sof, yaitu sisi yang paling rahasia dari Tuhan, yang dalam Islam dapat disepadankan dengan Ahadiyyah, yaitu sir al-asrar. Pembahasan alef di dalam Kabbalah sama rumitnya pembahasan alif di dalam mistisisme tasawuf. (Lihat artikel terdahulu tentang: "Antara Ahadiyyah, Ain Sof, dan Atma").

Di dalam Alquran ternyata banyak angka dan huruf hijaiyah yang masih misteri, khususnya yang mengambil bentuk pembuka surah (fawatih al-shuwar). Di dalam kitab-kitab tafsir jarang sekali diungkapkan makna dan kandungan esoteriknya, terutama dalam literatur yang berbahasa Indonesia.

Simbolisme Huruf dan Angka (5)



Selasa, 26 Juni 2012, 21:16 WIB
parisnajd.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (5)
Ilustrasi
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Masih misteri huruf alif, menurut Attar, sebagaimana dikutip dari Annimarie Schimmel, ikut mengomentari kelebihan huruf ini dengan mengatakan, jika huruf alif dibengkokkan maka bisa lahir huruf dal, dzal, ra, zai. 

Jika dilipat dua ujungnya bisa membentuk huruf ba, nun, ta, tsa. Bahkan, semua huruf lain juga bisa terbentuk dari huruf alif. Itulah sebabnya huruf alif dikatakan huruf ahadiyyah, huruf kesatuan dan kebersatuan, huruf tau hid, sekaligus sebagai huruf transendens. 

Namun, ada juga yang mengomentari sebaliknya, huruf alif adalah huruf iblis, karena satu-satunya huruf yang tidak mau membungkuk, seperti syair Jalaluddin Rumi: "Jangan menjadi alif yang keras kepala, jangan menjadi huruf ba yang kepalanya dua, tetapi jadilah huruf jim.”

Dalam kitab ini diulas tentang berbagai makna mistik dari huruf alif. Di antaranya menjelaskan kata alif itu sendiri tersusun dari tiga huruf, yaitu alif, lam, dan fa, yang mengisyaratkan kesatuan dari tiga hal, yaitu pencinta, kekasih, dan cinta, atau merenung, bahan renungan, dan perenungan.

Syah Abd Al-Lathif menjelaskan, alif menunjukkan nama Allah dan mim menunjukkan nama Muhammad SAW. Ia melihat urgensi kedua huruf ini di dalam pembahasannya dengan mengutip hadis Qudsi, "Ana Ahmad bila mim" (Aku Ahmad tanpa huruf mim), berarti Ahad (Esa), yakni Allah Yang Maha Esa.
Huruf mim merupakan satu-satunya penghalang antara Allah dan Muhammad. Ini mengingatkan kita pada riwayat- riwayat Ahlul Bait (Syiah) yang banyak mengomentari hadis titik di bawah huruf ba pada kata basmalah (lihat kembali artikel terdahulu: "Misteri Basmalah").

Ibnu Arabi dan kalangan sufi Syiah menghubungkan huruf alif dengan kalam (pena) di dalam Surah Al-Qalam ayat 1: Nun wa al- Qalam wa ma yasthurun. (Nun, demi pena dan apa yang dituliskannya). Nun dihubungkan dengan botol tinta dawak, kalam dihubungkan dengan alif yang menulis, dan buku dihubungkan dengan Lauh Al-Mahfudz.
Tulisan alif mewujudkan kehendak Allah dalam bentuk alam dan kenyataan. Dalam hadis diistilahkan: "Tidak jatuh sehelai daun dari tangkainya melainkan sudah tertulis di dalam lauh al-mahfudz.”

Keistimewaan alif yang membentuk huruf lafdh al-jalalah, yang terdiri atas huruf lam lam ha, tidak ada sebuah kata yang digugurkan satu persatu hurufnya namun tetap menunjuk makna yang sama. Jika huruf alif di bagian awal dibuang maka tinggal huruf lam lam ha, masih bisa terbaca "lillah" berarti "untuk Allah". 

Jika digugurkan lagi huruf lam pertamanya sehinggal tinggal dua huruf yaitu lam dan ha masih bisa terbaca "lahu" berarti "kepunyaan Allah". Jika digugurkan lam keduanya sehingga tinggal satu huruf yaitu huruf ha, masih bisa terbaca dan mempunyai arti sebagai kata ganti (dlamir) berarti "Dia", sebagai kata ganti untuk Allah. Dlamir atau kata hu sebagai singkatan kata huwa, sering dijadikan lafaz wirid oleh sejumlah tarekat de ngan cara meng ambil napas lalu membuang napas dengan membaca panjang: Huu… yakni Allah SWT.

Simbolisme Huruf dan Angka (4)



Selasa, 26 Juni 2012, 18:54 WIB
parisnajd.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (4)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Di kalangan para sufi, ada yang percaya bahwa huruf-huruf dan angka-angka bukan sekadar huruf biasa yang menjadi simbol bacaan, tetapi lebih dari itu. Huruf-huruf dan angka-angka juga memiliki makna kompleks dan komprehensif. 

Sebuah hasil studi mendalam tentang makna metafisik di balik huruf dan angka ditulis oleh Franz Carl Endres dalam "Das Mysterium Der Zahl", lalu dikembangkan lebih dalam dan lebih luas oleh Annemarie Shcimmel di dalam "The Mystery of Num bers", yang merangkum misteri di balik huruf alfabet dan nomor pada sejumlah agama dan kepercayaan, seperti mistisisme Semit, pemikiran Pytagoras, Taoisme, Kabbalah (Mistisisme Ya hudi), Kristen, Hindu, Buddha, dan Islam.

Di dalam lintasan sejarah keilmuan sufi juga ditemukan studi mendalam di balik huruf alfabet dan angka-angka Arab. Salah seorang di antaranya ialah Haydar Amuli yang pernah menyatakan sebagaimana dikutip oleh Toshihiko Izutsu, "Huruf-huruf yang ditulis dengan tinta tidak hanya sekedar berwujud sebagai huruf, melainkan huruf-huruf tersebut tidak lain merupakan pelbagai bentuk yang dimaknai dengan kebiasaan tertentu.” 

“Yang mewujud benar-benar ialah tinta (yang menuliskannya) itu. Keterwujudan huruf-huruf itu tidak lain adalah keberadaan tinta itu, yang juga merupakan kenyataan tersendiri dan unik yang mengungkapkan diri dalam berbagai bentuk yang berubah-ubah. Pertama kali kita harus melatih mata untuk melihat kenyataan kesamaan tinta pada semua huruf, kemudian melihat-huruf-huruf itu dalam begitu banyak untuk yang berubah-ubah dari tinta.”

Sebagai contoh huruf pertama dalam huruf hijaiyah, abjad Arab, ialah huruf alif. Huruf ini oleh kalangan mistikus sebagai huruf istimewa yang sarat dengan makna. Huruf alif ini menunjuk kepada Allah, Sosok yang menghu bungkan (allafa) segala sesuatu, namun Ia tetap terpisah dengan segala sesuatu itu. 

Menurut Muhasibi, ketika Allah menciptakan huruf-huruf, Ia memerintahkan semua huruf untuk menurut, namun hanya huruf alif yang tidak menurut, tetap mempertahankan wujud pertamanya berdiri tegak. 

Niffari menyebut semua huruf sakit kecuali huruf alif. Muhasibi mengomentari huruf alif ini dengan mengutip hadis Nabi, "Allah menciptakan Adam sesuai dengan gambar/citra-Nya ('ala shuratihi)". Huruf alif sebagai huruf Allah dan juga huruf pertamanya Adam, satu-satunya huruf yang bertahan dengan keutuhannya, selainnya semuanya kehilangan wujud aslinya.

Simbolisme Huruf dan Angka (3)



Senin, 25 Juni 2012, 08:18 WIB
gambaronline.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (3)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Banyak lagi pemaknaan lain dari huruf-huruf hijaiyah yang dihubungkan dengan organ tubuh manusia. 

Di antaranya lagi ada yang menghubungkan mulut dengan huruf mim, mata dengan shad atau ‘ain (yang memang berarti mata), rambut dihubungkan dengan huruf dal atau jim, dan sebagainya. 

Tentu saja kita berhak untuk tidak percaya dengan semuanya itu, tetapi bagi orang-orang yang meyakininya mungkin mereka memperoleh manfaat, walaupun hanya berupa sugesti dan motivasi untuk lebih kuat mencari dan menemukan Tuhannya. Allahua’lam.

Bagi penganut ajaran hurufi, mereka menggambarkan manusia sebagai tiruan sempurna Lauhul Mahfudz, tempat segala sesuatu tersimpul. Agak mirip dengan ahli kosmologi yang menganggap manusia sebagai mikrokosmos, karena manusia mirip sekali dan merupakan miniatur alam raya (makrokosmos). 

Seorang penyair Indo-Persia, yang mungkin terpengaruh dengan aliran hurufi ini pernah membuat syair sebagai berikut: 

“Wajahmu bagaikan tiruan Alquran, tanpa ralat dan kesalahan, yang telah digoreskan oleh pena nasib khusus dari tinta wewangian. Mata dan mulutmu adalah sajak-sajak yang titik untuk berhenti. Alis matamu adalah maddah (untuk memanjakan alif). Bulu matamu adalah pertanda tasrif, bintik dan huruf bawah dan titik-titik.” (Dikutip dari Syit Qani’ dalam Maqalat Al-Syu’ara’ oleh Schimmel).

Ibnu Arabi ketika memaknai Surah Al-Qalam: 1, terutama arti huruf nun yang diartikan malaikat atau tinta dawat menurut sufi lain, qalam diartikan dengan pena sebagai makhluk pertama, dan wa ma yasthurun dihubungkan dengan Lauhul Mahfudz. 

Demikian pula, ketika ia memaknai titik di bawah huruf ba pada basmalah, yang dianggap sebagai tulisan pertama pena itu, yang dari titik ini pecah dan mengalami pengembangan (expanding universe) yang dihubungkan dengan Surah Adz-Dzaariyaat: 47, (“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”). 

Penjelasan-penjelasan tersebut kata Ibnu Arabi memerhatikan secara khusus makna-makna huruf lebih dari sekedar komponen teks. (Penjelasan lebih perinci tentang hal ini, lihat artikel terdahulu: “Rahasia Basmalah”). 

Simbolisme Huruf dan Angka (2)



Senin, 25 Juni 2012, 07:17 WIB
gambaronline.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (2)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Menurut Syibli, sebagaimana dikutip Schimmel, tidak ada sebuah huruf pun yang tidak memuji Allah dalam suatu bahasa. 

“Ketika Allah menciptakan huruf-huruf itu, Ia menyembunyikan maknanya, dan ketika menciptakan Adam, baru Ia mengungkapkan maknanya. Namun, Ia tidak mengungkapkan hal itu kepada makhluk mana pun, termasuk malaikat,” ujar Syibli. 

Hal ini bisa dihubungkan dengan rangkaian firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 31- 33, di mana Adam mendemonstrasikan makna “al-kalimah” yang membuat para malaikat takjub kepada Adam.

Tradisi pemaknaan huruf atau abjad sudah berlangsung jauh sebelum Islam. Tradisi Persia, ilmu-ilmu Fengsui Cina, dan tradisi kabalistik (tasawuf Yahudi) sudah mengembangkan ilmu ini, kemudian berlanjut dalam tradisi Islam. 

Dalam lintasan sejarah sufisme, dikenal sejumlah nama yang mengamalkan dan mengembangkan tradisi ini, seperti Imam Ja’far Al-Shadiq (Imam Syiah keenam) dan Al-Khallaj. 

Bahkan, di Persia pernah berkembang aliran hurufi yang dikembangkan oleh Fadhlullah Astarabadi, yang kemudian dihukum mati karena dianggap mengembangkan paham bid’ah lalu diteruskan oleh muridnya, Nesimi, yang juga dihukum mati pada 1417 M dengan alasan yang sama.

Salah satu contoh ajaran Hurufi ialah dunia merupakan perwujudan tertinggi Allah, wajah manusia tidak lain adalah jelmaan Alquran, dan Adam dianugerahi sembilan huruf, Ibrahim 14 huruf, Muhammad 28 huruf, Fadlullah si pendiri aliran ini mengaku mampu memahami 32 huruf, empat tambahannya dari abjad Arab versi Persia. 

Contoh implementasi huruf dalam diri manusia ialah huruf alif membentuk garis khatulistiwa seperti halnya hidung. Mungkin karena ia seorang Syiah maka penafsiran huruf-huruf sangat dipengaruhi oleh ajaran Syiah yang memuji (untuk tidak disebut memuja Ali). Namun, kalangan sufi pengembang hurufi lain lebih netral aliran.

Beberapa ilustrasi huruf yang dihubungkan dengan manusia oleh kalangan mistikus, antara lain, alif (matahati), ba (hidung), ta (bahu kanan), tsa (bahu kiri), jim (kepala), ha (perut), kha (jantung), dal (telinga kanan), dzal (telinga kiri), ra (hati), dzai (rahasia/sirr), sin (siku kanan), syin (siku kiri), shad (paha kanan), dlad (paha kiri), tha (bagian belakang kanan), dha (bagian belakang kiri), ‘ain (hidup), ghuin (nyawa), fa (genggaman kanan), qaf (genggaman kiri), kaf (mulut), lam (isi perut), mim (nadi), nun (pusar), waw (tulang belakang), ha (lidah), la (kedua lutut), dan ya (kedua telapak kaki).

Simbolisme Huruf dan Angka (1)



Senin, 25 Juni 2012, 06:16 WIB
gambaronline.com
  
Simbolisme Huruf dan Angka (1)
Ilustrasi
Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Bagi para sufi, pemaknaan ayat—baik takwini maupun tadwini—tidak hanya pada teks, konteks, semantik, dan hermeneutik, tetapi juga semiotik. 

Dalam artikel-artikel terdahulu diungkapkan bahwa betapa para sufi memandang ayat-ayat tersebut bagaikan gunung es, yang hanya menampilkan puncaknya yang tidak seberapa, tetapi yang teramat besar ialah substansi yang berada di bawah laut. 

Terlalu naif kita jika hanya mampu memahami puncak gunung es tanpa menyelam ke dasar laut. Huruf-huruf dan angka-angka serta kombinasi di antara huruf-huruf dan angka-angka dimaknai secara komprehensif dan digunakan sebagai alamat (ayat) oleh mereka. 

Kalangan sufi sangat yakin bahwa tidak ada ciptaan Allah SWT yang sia-sia tanpa makna dan pesan, sebagaimana dipahami di dalam ayat, “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka’.” (QS Ali Imran: 191).

Bagi kalangan sufi, huruf-huruf abjad Arab yang digunakan Allah mengungkapkan firman-Nya bukan abjad biasa, tetapi memiliki kedalaman dan keluasan makna tersendiri. Dengan abjad Arablah Allah mengungkapkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Itulah sebabnya setiap umat Islam selayaknya, bahkan ada yang mengatakan wajib mengenali huruf-huruf hijaiyah yang digunakan di dalam Alquran. 

Kekuatan abjad ataupun huruf yang kemudian membentuk kalimat, dihubungkan dengan ayat: “Katakanlah: ‘Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’.” (QS Al-Kahfi: 109).

Huruf-huruf dianggap salah satu cadar yang harus disingkap dengan kekuatan dan kearifan khusus. Selama seseorang masih terpaku hanya pada teks semata, menurut Niffari sebagaimana dikutip Annemarie Schimmel, berarti tidak ubahnya memberhalakan teks. Itu juga berarti pengingkaran terhadap substansi agama dan sudah barang tentu tidak mungkin mencapai puncak yang tidak berhuruf dan berbentuk itu.

Selain para sufi, para penyair Arab pun sangat concern terhadap huruf-huruf. Penyair (Arab) yang tidak mendalami makna abjad dan huruf sulit membuat syair yang lebih mendalam. Sejak pra-Islam sudah gandrung mendalami abjad atau huruf yang mereka hubungkan dengan bagian-bagian tubuh manusia.

Masa Depan Lebih Baik dengan Pertanian Organik



PDFPrint
Thursday, 28 June 2012
ImageAnggota kelompok tani padi organik binaan PT Medco E&P Indonesia berada di lokasi persawahan padi organik Desa Suka Makmur, Kecamatan BTS Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

DI MANA ada kendala, di situ terdapat peluang. Di balik permasalahan yang muncul, akan didapatkan pengalaman dan ilmu baru untuk memecahkan sekaligus menghadapi persoalan di masa mendatang.

“Masalah adalah ilmu, tapi bagi yang mau memecahkannya,” ujar West Area Community Enhancement Officer PT Medco E&P Indonesia Alik Sutaryat. Filosofi ini yang menjadi pegangan PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) dalam mengembangkan kemandirian masyarakat sebagai bagian program community enhancement perusahaan. Termasuk ketika membantu mencarikan jalan keluar bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah operasi Medco E&P yang kesulitan memperoleh barang kebutuhan sehari-hari.

Karena lokasinya yang jauh dari kota kecamatan, bahkan kabupaten, masyarakat menjadi sulit untuk mendapatkan kebutuhan sandang,papan,juga pangan. Sebagai salah satu mitra pemerintah yang berkomitmen menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas, serta energi terbarukan, Medco E&P sejak awal operasinya telah berkontribusi memberdayakan masyarakat di berbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, keagamaan, bantuan kemanusiaan, seni dan budaya, olahraga, serta hubungan masyarakat.

“Berbagai aksi yang terangkum dalam corporate social responsibility (CSR) tersebut diarahkan untuk mencapai keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial,dan pelestarian lingkungan,”kata Alik. Seperti halnya masyarakat di sekitar wilayah operasi South Sumatera Extension (SSE) Soka. Setelah melakukan analisis berbagai aspek, didapat kesimpulan bahwa masyarakat kesulitan mendapatkan pasokan pangan baik beras maupun sayur-mayur yang segar.Kalaupun ada,harganya lebih mahal dibandingkan harga pasaran.

Hal ini dipengaruhi besarnya ongkos angkut barang untuk tiba di lokasi. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar,Medco E&P perlahan mengajak masyarakat mengubah pola konsumsinya.Tidak terus-menerus membeli,tetapi bagaimana mengusahakan sendiri kebutuhan pangan itu dari lingkungan sekitar. “Pola yang diterapkan adalah memberdayakan potensi di sekitar pemukiman warga. Daripada menunggu pasokan yang lama dan mahal, kenapa tidak memanfaatkan lahan dan pekarangan untuk menyediakan itu semua?” tutur SSE Public Affair Lead Zaid Talib Alhaddadi.

Sejak 2007, Medco Foundation bekerja sama dengan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) dan Yayasan Aliksa Organik SRI memfokuskan pada pengembangan System of Rice Intensification (SRI) Organik, yakni metode penanaman padi tanpa menggunakan bahan kimia dan pestisida sehingga berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sehat untuk dikonsumsi. Keunggulan padi SRI Organik antara lain dapat menghemat biaya produksi (biaya bibitdanpemakaianair),ramah lingkungan, serta memiliki produktivitas tinggi.

Sejak awal dikembangkan, SRI Organik mendapat dukungan penuh pendiri MedcoEnergi Arifin Panigoro. Hal ini sebagai wujud nyata komitmennya terhadap pertanian ramah lingkungan. Selanjutnya,SRI Organik dikembangkan di 21 provinsi di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. “Tahun 2008 Medco E&P mulai memberdayakan petani di sekitar aset-aset perusahaan dengan mengembangkan SRI Organik. Pada Mei 2008 panen perdana padi organik di Soka sukses dilaksanakan, yang diikuti di Kaji pada 2009, dan di Muara Enim pada 2011,”terang Zaid.

Hingga saat ini, luas sawah binaan Medco E&P yang menerapkan SRI Organik mencapai 153 hektar, dan sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Selatan.Perinciannya, terdapat di Desa Suka Makmur, Kecamatan BTS Ulu, Kabupaten Musi Rawas seluas 57 hektar,Muara Enim (42 hektar), dan sekitar Kaji, Musi Banyuasin (22,5 hektar). Pengembangan SRI Organik didasari keprihatinan makin berkurangnya lahan persawahan subur akibat pengalihan lahan pertanian.” Dengan pola SRI Organik, lahan persawahan yang tadinya kering akan kembali subur dan produktivitas padi jauh lebih besar,”tambah Community Enhancement Analyst S&CS Asset Ericka Lestari D.

Meski menguntungkan,ternyata tidak mudah mengajak petani menerapkan pola pertanian organik.Menurut Alik, kebanyakan petani enggan karena pola yang ditawarkan relatif baru sehingga mereka kurang percaya. Tetapi Medco E&P tak patah arang. Secara konsisten, perusahaan hulu migas yang beroperasi sejak 1992 ini berupaya mengubah cara pandang petani. Upaya itu terbukti membawa hasil. Program pemberdayaan tersebut terbukti memberikan pencerahan bagi para petani. Kepala Desa Suka Makmur Wancik mengatakan, sejak Medco E&P memberikan pendampingan mengenai pertanian organik, warganya semakin banyak yang meninggalkan sistem pertanian konvensional.

Dari 15 hektar pada musim tanam pertama 2007, luas sawah yang menerapkan SRI Organik meningkat menjadi 57 hektar dengan 100 petani terlibat dan terbagi dalam empat kelompok tani.“Sebelum mengikuti pelatihan Medco E&P, kami tidak tahu pola tanaman organik.Tapi setelah mencoba, banyak keuntungan yang didapat.Selain ongkos produksi yang jauh lebih murah, hasil panen bisa empat hingga lima kali lipat dibanding menanam dengan pola konvensional,” kata Wancik. Hal senada diungkapkan Sunoto, ketua Kelompok Tani Handayani Desa Suka Makmur.

Sunoto mengungkapkan, dari tujuh kali panen,tiap hektar sawah rata-rata menghasilkan 6 ton lebih padi organik. Jumlah itu jauh lebih besar dari sawah yang dikelola konvensional yakni rata-rata 1,5 ton padi setiap hektarnya. Selain panen melimpah, keuntungan lain juga didapat. Pengembangan SRI Organik di Kabupaten Musi Rawas memenangkan Pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) VIII dan Expo PNMP tingkat Provinsi Sumsel 2012 di Lubuklinggau, 9-12 Mei 2012.

“Kami bersiap mengikuti ajang serupa untuk tingkat nasional di Batam Oktober mendatang. Mudahmudahan hasil terbaik bisa didapatkan dan ajang itu bisa semakin memasyarakatkan beras organik,”harap Sunoto. Tidak hanya di Desa Suka Makmur,Medco E&P juga melakukan pendampingan dan pembinaan petani organik di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim.Di wilayah ini para petani yang menggunakan pola SRI Organik telah memasuki musim tanam keempat.

“Sejak menggunakan pola SRI Organikhasilpanenmelonjaktajam. Pada panen pertama rata-rata per hektar mencapai 6,8 ton. Lalu pada 2011 naik jadi 7,3 ton dan panen ketiga 7,5 ton. Jelas sangat menguntungkan petani. Sebab selain ongkos produksi berkurang karena tidak membeli lagi pupuk kimia dan pestisida, sebagian hasil panen bisa dijual,” ujar Ketua Kelompok Studi Petani (KSP) Beringin Desa Embawang,Asdian. Sebagai informasi tambahan, untuk tahun 2012 ini Medco E&Ptidak hanya mengembangkan padi SRI Organik, tetapi juga sudah memulai program budidaya karet organik di sekitar wilayah kerja Blok SSE dan Blok Lematang.

Pengembangan budidaya tersebut berada di Desa Sungai Naik, Sungai Bunut, Mekar Jaya,Pangkalan Tarum,gunung Kembang Lama, dan Desa Gunung Kembang Baru,Kecamatan Gunung Kembang, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Hasilnya, produksi budidaya karet secara organik per hektar per 5 hari mencapai 58- 60 kilogram.

Meningkat tajam dari sebelumnya yang hanya 35 kilogram per hektar per 5 hari dengan menggunakan cara lama dan pupuk kimia. ● iwan setiawan 

Rabu, 27 Juni 2012

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ala Bambang Sudarmanta



Nur Syafei - Sindo TV
Selasa, 26 Juni 2012 11:09 wib

PERNYATAAN bahwa sampah yang selama ini menjadi permasalahan rumit dan meresahkan warga perkotaan karena bau dan kotor, ternyata tidak selamanya benar. 

Di Surabaya, justru sampah berhasil menciptakan pembangkit listrik bertenaga sampah. Hasil pengolahan listrik dari sampah tersebut rencananya akan dipergunakan untuk penerangan di lingkungan kampus ITS.

Bambang Sudarmanta, dosen teknik mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS Surabaya) itu adalah sang pencetus ide. Guna mewujudkan itu, sehari-hari waktunya dihabiskan  dalam rumah kompos kampus ITS Surabaya.

Ide membuat energi listrik dari sampah ini, bermula dari banyaknya sampah yang menumpuk di sekitar kampus ITS, seperti bekas makanan para mahasiswa, serta sampah organik dedaunan di area kampus ITS. 

Melihat kondisi itu, dosen bergelar doktor itu, tercetus ide untuk membuat pembangkit listrik bertenaga sampah, agar lingkungan di kampus ITS tetap bersih, bebas dari sampah.

Proses pengerjaanBambang menjelaskan lebih jauh bagaimana proses pengerjaannya. Menurutnya, proses pengolahan sampah untuk menjadi energi listrik sendiri melalui program pengolahan sampah di ITS akan dilakukan dengan tiga cara, yakni pembakaran, gasifikasi dan fermentasi. 

Pada proses pembakaran, hingga mencapai 600 bar, sampah yang telah dipilah akan dikelompokan dalam beberapa kategori. Lalu,  panas dari pembakaran tersebut di alirkan ke turbin untuk menggerakan generator dan menghasilkan listrik. Kategori sampah anorganik yang tidak bernilai ekonomis akan dibakar dalam insenerator dan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan metode gasifikasi. Metode ini berbeda dengan metode sebelumnya karena tidak dilakukan pembakaran. Dalam metode ini, sampah yang berupa biomassa akan diubah menjadi synthetic gas yang kemudian akan dimurnikan kembali. Gas yang telah dimurnikan tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel atau mesin bensin.

Selain dua cara tersebut, Bambang dan timnya juga telah mengembangkan metode lain yakni metode fermentasi. Diakui olehnya, metode ini belum pernah diterapkan pada sampah. 

Untuk 4 sampai 6 jam beroperasinya, alat pembangkit listrik tenaga sampah ini, dapat menghasilkan energi listrik sebesar 2 kilo watt dan listrik tersebut dapat langsung di gunakan dan juga bisa di simpan dalam baterai atau accu untuk penerangan malam hari.

"Banyak sampah yang menumpuk, kami bakar kemudian panasnya di alirkan untuk menggerakkan generator, " kata Bambang Sudarmanta, pembuat pembangkit listrik dari sampah.

Rencana ke depan, listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga sampah ITS ini, akan digunakan untuk sumber eergi penerbangan lampu dikawasan kampus ITS.

****
Alat pembangkit listrik tenaga sampah, karya Bambang ini, telah menelan biaya hingga sekira Rp200 juta dan diharapkan menjadi contoh bagi beberapa daerah yang masih krisis listrik.

Ia menyakini bahwa cara ini juga bisa menjadi alternatif. Ia menyebutkan, beberapa waktu yang lalu cara ini telah berhasil mengubah kotoran sapi menjadi bahan bahar untuk mesin bensin dan diesel.

Untuk mensukseskan program ini, Bambang juga dibantu oleh Ikatan Alumni (IKA) ITS dalam pengadaan alat. “Tidak semua alat bisa dibeli oleh ITS. Syukurnya, alumni juga mau ikut membantu,” tutup Bambang, seperti dikutip situs resmi ITS.
(amr)
http://techno.okezone.com/read/2012/06/26/363/653765/pembangkit-listrik-tenaga-sampah-ala-bambang-sudarmanta

Bus Listrik Versi Produksi Harganya Lebih Murah



Fiddy Anggriawan - Okezone
Rabu, 27 Juni 2012 12:44 wib
detail berita
F: Bus Listrik LIPI (Fiddy A/Okezone)
JAKARTA - Pembuatan prototype research mobil listrik nasional jenis angkutan umum dan city car, diakui Mentri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta menghabiskan dana Rp1,2 sampai 1,6 milyar. Namun, untuk edisi produksi ternyata lebih murah sampai 30 persen.

"Untuk penelitian dua type mobil ini dibutuhkan sekira Rp 1,2 sampai 1,6 milyar. Tapi ini total keseluruhan termasuk penelitian, administrasi. Tapi kalau sudah diproduksi turun 30 persen jauh lebih murah," jelas Gusti kepada wartawan di ruang tamu Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (27/6/2012).

Gusti menjelaskan, proses penelitian dan pembuatan prototype research untuk kedua mobil listrik tersebut tidak bisa terukur harganya. Namun, dipastikan jika prototype produksinya sudah jadi maka harganya akan jauh lebih murah.

"Harganya belum diketahui. Tapi, yang jelas nanti akan lebih murah kalau sudah diproduksi secara massal," lanjutnya.

Menurutnya, ada beberapa hal teknologi kunci pada mobil listrik ini. Pertama, berkaitan dengan rancang bangun platformnya. "Kalau masalah itu, 100 persen kita bisa melakukannya di dalam negeri," terangnya.

Kedua, electric control system. "Kalau ini kondisinya di Indonesia sebagian bisa di dalam negeri, sebagian masih harus diimpor dari luar negeri," ujar Gusti.

Kemudian yang ketiga, teknologi baterainya. "Yang vital adalah baterainya. Kalau kita bisa menguasainya, maka kita kuasailah pengembangannya. Saat ini masih impor dari Amerika Serikat (AS). Bahannya lithium, jadi sangat bagus, tergantung sumber energinya kalau besar kita isi ulang sebentar saja. Tapi kalau rendah bisa 4 jam untuk berjalan sejauh 150 km," simpulnya.

Dua prototype researchnya sudah jadi. Nanti 2014 akan ada pengembangan tingkat dua yang disebut prototype produksi dan sudah mengalami perbaikan-perbaikan. "Selama dipakai akan kita pantau terus kekurangannya, seperti Menteri Perhubungan yang menyarankan agar kacanya bisa di buka-tutup. Inikan awalnya kacanya permanen jadi kalau AC-nya mati bisa repot nanti," tutupnya.
(zwr)

Kembangkan Mobil Listrik, Presiden Alokasikan Rp100 Milyar



Fiddy Anggriawan - Okezone
Rabu, 27 Juni 2012 11:39 wib
JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta, mengaku didukung oleh Pemerintah dan DPR RI dalam pengembangan mobil listrik. Bahkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menggelontorkan dana Rp100 milyar untuk proses penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
 
Gusti menjelaskan, setelah membuat prototype research untuk jenis microbus (bus kecil) dan city car, rencananya mobil listrik nasional ini akan dibuat prototype produksinya yang dikerjakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
 
"Nanti 2014 sudah dibuat prototype produksinya. Sasarannya pada tahun 2014 sudah menghasilkan prototype city car dan angkutan umum," ungkap Gusti saat ditemui wartawan di ruang tamu Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (27/6/2012).
 
Menurutnya mitra kerja Kemenristek, yakni Komisi VII DPR RI sejak lama sudah mendorong terus supaya anggaran ristek ini ditingkatkan dan itu adalah komitmen semua anggota dan pimpinannya.
 
Hal ini agar realisasi mobil listrik bisa berjalan lancar. Tidak hanya itu, Presiden SBY juga diakuinya sangat mendukung pengembangan mobil berdaya listrik ini sebagai alternatif kendaraan di masa depan.
 
"Yang jelas Presiden sudah meminta Menteri Keuangan agar menyediakan dana Rp100 milyar agar pengembangan mobil listrik ini. Saat itu ada beberapa universitas di Indonesia yang dilibatkan antara lain, UI, UGM, ITB, ITS untuk membuat road map selama tiga bulan. Itu sudah selesai dan dipaparkan di istana Yogya," jelas Gusti.
 
Setelah melihat road map tersebut, Presiden SBY langsung meminta jajaran menteri terkait, agar menyiapkan kebijakan yang sifatnya mendukung pengembangan mobil listrik di Tanah Air.
 
"Ada kecenderungan mobil listrik ini lebih mahal dari mobil biasa. Agar terjangkau ada kebijakan yang dibuat, seperti mengurangi pajaknya, karena barang ini baru harus ada penyesuaian kebijakan, khususnya pengembangan infrastruktur," simpulnya.
 
Sementara itu, pihaknya kini sudah bekerjasama dengan salah satu perusahaan karoseri di Bandung. Namun, kalau prototype produksinya sudah jadi, pasti banyak perusahaan otomotif yang mau bekerja sama.
 
"Saya yakin kalau ini kalau hasilnya bagus perusahaan lain jg mau bekerjasama. Yang jelas targetnya dalam 2014 kita menyiapkan prototype produksi, tinggal perusahaan automotif mana yang mau bekerja sama dengan kami," tutupnya.
(zwr)
http://autos.okezone.com/read/2012/06/27/52/654523/kembangkan-mobil-listrik-presiden-alokasikan-rp100-milyar