Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Kamis, 30 Agustus 2012

Perang Ginseng



PDFPrint
Thursday, 30 August 2012
Kalau Anda mengenal watak orang Korea dan Amerika, mungkin Andaakansepakatdengansaya, Samsung tak akan menyerah ditekan Apple.

Pekan lalu Samsung didenda USD1 miliar atas tudingan telah mengambil tanpa hak beberapa elemen kekayaan intelektual Apple (yang tak diakui Samsung) dan minggu ini Apple meminta pengadilan melakukan injunction agar melarang delapan produk Samsung beredar di seluruh pasar Amerika Serikat. Di lain pihak, Samsung baru saja mengumumkan rencana ekspansi dengan membuka pabrik besar-besaran di Amerika Serikat untuk memasok kebutuhan memory chip bagi Apple.

Semua Parpol Wajib Verifikasi


PDFPrint
Thursday, 30 August 2012
ImageKetua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (tengah) didampingi hakim konstitusi membacakan putusan permohonan uji materi UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu di Jakarta, kemarin.

JAKARTA– Mahkamah Konstitusi (MK) mewajibkan semua partai calon peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mengikuti verifikasi faktual yang diadakan Komisi Pemilihan Umum (KPU). MK juga memutuskan bahwa ketentuan parliamentary threshold/PT (ambang batas parlemen) sebesar 3,5% hanya berlaku untuk pemilihan tingkat DPR.Sementara untuk tingkat DPRD provinsi dan kabupaten/ kota berlaku ketentuan bilangan pembagi pemilih.

“Semua partai politik (parpol) yang akan ikut pemilu baik yang sudah punya kursi di DPR maupun yang tidak punya dan sekarang sudah mempunyai badan hukum itu harus mengikuti verifikasi.Semuanya dengan persyaratan yang sama,” ujar Ketua MK Mahfud MD saat menjelaskan putusannya kemarin. Ketentuan ini merupakan putusan uji materi terhadap UU No 8 Tahun 2012 tentang Pemilu yang diajukan Partai Nas- Dem,17 partai kecil, dan sekelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tergabung dalam Aliansi Amankan Pemilu.

MK membatalkan sebagian Pasal 8 ayat (1) dan (2),Pasal 17 ayat (1),Pasal 208 dan Pasal 209 ayat (1) UU tersebut. Mereka menganggap ketentuanverifikasidiskriminatif dan akal-akalan parpol yang sudah berada di DPR. Mereka juga menganggap aturan menghalangi hak konstitusional, sehingga membuat ketidakpastian hukum pada partai yang tidak lolos ambang batas perolehan suara sah secara nasional.

Jumat, 24 Agustus 2012

Mana Nasionalisme Kita

PDF Print
Saturday, 25 August 2012
Terasa ada yang hilang dari kemeriahan peringatan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan negara tercinta, Indonesia, pada Agustus 2012 ini.


Mula-mula saya tak tahu, apa yang hilang itu.Tapi kemudian terasa agak nyata ketika saya mengingat saat pergi (ke) dan pulang (dari) Gedung DPR pada acara kenegaraan tanggal 16 Agustus 2012 lalu.Saat itu ada dua acara kenegaraan yang dihadiri oleh (dan diisi dengan pidato kenegaraan) Presiden di Gedung DPR, yaitu pidato kenegaraan menyambut HUT kemerdekaan RI pada pukul 10.00 WIB dan pidato pengantar (nota keuangan) RAPBN pada pukul 20.00 WIB. Sepanjang perjalanan, pulang dan pergi,menghadiri dua acara penting itu tak tampak kemeriahan seperti biasanya.

Hampir tidak ada lambaian bendera merah putih dan teriakan ”merdeka”dari orang-orang di jalan. Bahkan lebih banyak mobil dan sepeda motor yang berlalu-lalang tanpa memasang bendera merah putih. Ini berbeda bila dibandingkan dengan tahun-tahun yang lalu. Ketika sore harinya saya berbuka bersama, berdua, di rumah Jenderal (Purn) Luhut B Panjaitan, saya mendengar kesan yang sama. Pak Luhut adalah seorang penganut Kristen Protestan,tetapi setiap bulan puasa sering mengundang sahabat-sahabatnya yang muslim, seperti saya, untuk berbuka puasa di rumahnya.

Saat itu saya diundang berbuka puasa hanya berdua dengan Pak Luhut karena pada saat diselenggarakan berbuka puasa yang beramai-ramai beberapa hari sebelumnya di rumah Pak Luhut saya sedang di luar kota. Saat makan berdua itulah Pak Luhut bercerita bahwa dirinya agak heran karena suasana HUT kemerdekaan tahun ini tidak begitu meriah, tidak ada lambaian bendera putih yang masif,tidak ada teriakanteriakan ”merdeka” yang bertubi- tubi dan bergemuruh. Itulah sebabnya dia mengeluarkan uang jutaan rupiah dari koceknya dan menyuruh seorang pegawainya untuk membeli bendera merah putih sebanyak mungkin guna dibagibagikan kepada pengendara mobil dan sepeda motor di jalanan.

Ketikadudukdibalkon VVIP Gedung DPR pada upacara pukul 20.00 malam itu saya berbicara, berbisik-bisik, dengan seorang pejabat tinggi yang persis duduk di samping saya. Saya heran, bahkan kaget, karena menurut informasi mobil-mobil dinas yang datang ke DPR juga tidak memasang bendera merah putih.Menurut informasi (maaf, ini informasi dari lisan ke lisan), aparat keamanan dan pasukan pengamanan meminta agar mobilmobil selain mobil Presiden dan Wapres tak memasang bendera merah putih.

Tak tahulah saya, apakah benar ada larangan pemasangan bendera itu, tetapi yang nyata (pasti bisa dilihat dari rekaman CCTV) hari itu mobilmobil pejabat yang datang ke Gedung DPR tidak memasang bendera merah putih. Bahkan sopir saya pun sempat mencopot bendera itu, tetapi saya perintahkan untuk memasangnya lagi. Sungguh mengherankan kalau sampai ada peraturan atau kebijakan yang melarang pemasangan bendera nasional. Sekarang ini bendera parpol saja banyak berkibaran di hampir semua ruas jalan, masak bendera merah putih tak berkibar.

Peraturan dan logika apa yang dipakai untuk membuat ketentuan begitu? Bagi kita mengibarkan dan melambai-lambaikan bendera merah putih dan teriakan ”merdeka” itu secara umum merupakan ekspresi dari nasionalisme. Memang, mengibarkan bendera nasional dan meneriakkan kata ”merdeka”bukan ukuran mutlak dari rasa dan sikap nasionalisme, tetapi ia merupakan bagian dari cara mengekspresikan nasionalisme itu. Kalau didefinisikan secara sederhana, nasionalisme adalah rasa cinta dan sikap ingin selalu menghormati, membela, dan membanggakan bangsa dan negara dengan segala simbol dan atribut-atributnya.

Nah, mengibarkan bendera nasional dan melambai-lambaikannya sambil meneriakkan yel-yel ”merdeka” merupakan bagian dari cara mengekspresikan nasionalisme ini. Yang bukan bangsa sendiri saja banyak yang hormat dan bangga atas keindonesiaan kita.Pada 3 Juli 2012 yang lalu saya diundang untuk berpidato tentang Mahkamah Konstitusi (MK) Indonesia di hadapan para presiden MK dari negaranegara yang berbahasa Prancis. Ada lebih dari 35 negara yang hadir pada acara yang diselenggarakan di Kota Marakech, Maroko itu.

Ada adegan yang membuat saya merinding, terharu, dan bangga sebagai orang Indonesia saat itu. Begitu saya selesai menyampaikan pidato tiba-tiba Robert SM Dossou, Presiden Asosiasi MK Antarnegara Berbahasa Prancis, berdiri dan mengomandoi tepuk tangan dengan meriah.Hebatnya,Mr Dossou kemudian bercerita tentang kehebatan Indonesia sebagai pelopor kebangkitan harga diri bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika. Dia pun bercerita tentang Kongres Asia Afrika tahun 1955 di Bandung. Dia juga fasih bercerita tentang kehebatan Bung Karno sebagai tokoh yang sangat harum dan disegani.

Yang mengagetkan, tibatiba Robert Dossou menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung sambil mengangkat-angkat kepal tinjunya menirukan gaya Bung Karno kalau sedang berpidato. Saat itu,dengan haru dan bangga,saya ikut menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung sambil mengangkat bendera merah putih yang ada meja saya. Subhanallah, di negeri-negeri nun jauh di sana banyak orang yang membanggakan Indonesia. Masak kita sendiri mau berbangga-bangga dengan bendera nasional saja tidak didukung? 

MOH MAHFUD MD
Guru Besar Hukum Konstitusi 
 
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/521277/

Kedelai Plus, Solusi Kelangkaan Kedelai dari LIPI


Headline
inilah.com
Oleh: Ahmad Taufiqqurakhman
Teknologi - Rabu, 22 Agustus 2012 | 16:06 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Ternyata Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah memiliki solusi untuk mengatasi kelangkaan kedelai di pasaran lokal. Benarkah?
Belakangan ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan demo para produsen tahu dan tempe yang mengeluhkan mahal dan langkanya kedelai di pasaran. Maklum saja, sebagian besar kedelai yang beredar di Indonesia adalah kedelai impor, dan optimalisasi petani kedelai lokal belum digarap.
Sebetulnya ada hasil penelitian yang bisa dipakai untuk memaksimalkan produksi kedelai lokal. Salah satunya adalah terobosan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang dikenal sebagai Teknologi Kedelai Plus.
Dra. Harmastini Sukiman, M.Agr, Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di keterangan resminya menjelaskan bahwa teknologi kedelai plus adalah teknologi insersi (pemasukan) bakteri ke dalam jaringan biji. Bakteri penambat nitrogen bernama Rhizobium dimasukkan dengan tekanan tertentu ke dalam biji kedelai.
Bakteri Rhizobium yang akan digunakan diremajakan terlebih dahulu agar diperoleh sel sehat dan mempunyai umur cukup untuk memperbanyak diri dan bekerja efektif dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bakteri yang telah masuk ke dalam biji kedelai akan tinggal tanpa terganggu dan kehidupan bakteri di dalam benih akan ditunjang oleh cadangan makanan yang ada di dalam biji.
Menurut Harmastini, bakteri Rhizobium tidak akan memperbanyak diri sampai waktunya biji berkecambah. Teknologi ini sangat efisien karena petani tidak akan disibukkan dengan pemberian inokulan mikroba pada saat biji akan ditanam.
Petani bisa langsung menanam biji kedelai di lapangan dengan memasukkan benih plus ke lubang yang telah disiapkan dengan cara ditugal. Apabila benih berkecambah, akar tanaman akan mengeluarkan eksudat akar tertentu yang secara alami akan menarik bakteri untuk mendekat ke bagian akar tanaman.
Eksudat tersebut sangat spesifik dan hanya diproduksi oleh tanaman legum seperti kedelai. Bakteri yang sudah mendekat kemudian akan menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan dinding sel akar tanaman dan memberikan peluang untuk bakteri tersebut masuk ke dalam jaringan akar tanaman.
Setelah itu, bakteri akan memantapkan kehidupannya dengan cara berubah bentuk dan membelah diri sebanyak-banyaknya serta membuat suatu kumpulan koloni yang menetap di satu lokasi serta membentuk rumah tersendiri berbentuk bintil akar. Di dalam bintil akar ini, bakteri akan bekerja menghasilkan enzim nitrogenase yang akan berperan dalam proses penambatan nitrogen secara hayati.
Dari hasil uji lapangan, teknologi kedelai plus tersebut mampu meningkatkan produksi hampir dua kali lipat dibandingkan produksi kedelai rata-rata nasional. Selain itu, teknologi ini memberikan solusi atas kelangkaan pupuk kimia dan mendukung green evolution melalui pertanian ramah lingkungan.
LIPI telah pula melakukan uji coba penanaman di beberapa lokasi, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Dari hasil multi uji lapangan pada musim kering dan musim hujan, diperoleh data bahwa kedelai plus dapat menaikkan produksi 50 – 100 persen dari produksi kedelai umumnya.
Di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi Jawa Barat, hasil penanaman kedelai plus di kedua lokasi itu masing-masing dua kali musim tanam menunjukkan hasil yang memuaskan. Tanaman tumbuh subur dan berpolong cukup banyak.
Satu tanaman mempunyai jumlah polong rata-rata lebih dari 50 polong per tanaman. Selain itu, tanaman tidak memperlihatkan adanya serangan hama. Harmastini optimis bahwa apabila mengandalkan produksi lokal yang termaksimalkan, kebutuhan kedelai nasional bisa tercukupi tanpa harus mendatangkan dari negara lain.
Teknologi kedelai plus juga ikut berpartisipasi dalam program ketahanan pangan nasional melalui program penanaman kedelai dengan pupuk hayati yang diadakan oleh Komite Inovasi Nasional (KIN). [ikh]

http://teknologi.inilah.com/read/detail/1896283/kedelai-plus-solusi-kelangkaan-kedelai-dari-lipi

Teknologi Beyonic Tingkatkan Produksi Pertanian


Headline
inilah.com

INILAH.COM, Jakarta - Selama ini upaya peningkatan kapasitas produksi pertanian masih mengandalkan pupuk sintesis dan pestisida kimia sebagai komponen utama. Penggunaan pupuk itu bukan tanpa masalah.
Tengok saja, penggunaannya yang berlebihan berpotensi merusak ekosistem dan kualitas tanah. Imbasnya adalah kemerosotan kapasitas produksi pertanian yang berdampak luas bagi ketahanan pangan nasional.
Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperlihatkan bahwa penggunaan senyawa kimia (terutama pestisida) secara berlebihan mengakibatkan kepunahan beberapa serangga penyerbuk tanaman sehingga produksi tidak optimal.
Sebagai solusi permasalahan tersebut, LIPI mengembangkan Teknologi Beyonic, yaitu teknologi berbasis mikroba lokal pada pupuk organik. Teknologi Beyonic adalah salah satu jalan keluar untuk mengatasi penurunan kualitas lahan akibat penggunaan pupuk sintesis dan pestisida kimia.
Teknologi itu juga dapat meminimalisasi pemakaian senyawa kimia sintesis sehingga kualitas lahan tetap terjaga.
Mikroba lokal
Prof. Dr. Endang Sukara, Wakil Kepala LIPI menjelaskan, Teknologi Beyonic ialah suatu teknologi yang dikembangkan berbasis dan bertumpu pada karakter mikroba (lokal) koleksi LIPI. Mikroba lokal tersebut diramu dalam bentuk konsorsium sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Mikroba lokal, disebut mikroba indigenous merupakan mikroba yang sudah hidup ratusan tahun dalam ekosistem Indonesia, yang beradaptasi baik dengan ekosistemnya.
Lebih lanjut, Beyonic merupakan teknologi berbasis pemanfaatan mikroorganisme guna meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun dan meningkatkan kesehatan tanaman.
Beyonic yang merupakan singkatan dari Beyond Bio-organic, adalah teknologi yang menjadikan pupuk organik sebagai pupuk penyubur tanaman sekaligus menjadi pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk memulihkan kualitas lahan bekas penggalian tambang.
Teknik yang dipakai dalam teknologi ini adalah dengan memperbanyak mikroba lokal sehingga bisa diimbuhkan pada pupuk organik. Jenisnya seperti mikroba pelarut fosfat untuk membantu kelarutan posta organik dan fosfat yang tidak mudah larut dan mikroba penambat nitrogen yaitu mikroba yang mampu menambat nitrogen bebas.
Di samping itu, diberikan pula mikroba penghasil hormon pertumbuhan dan metabolit sekunder yang menghambat pertumbuhan penyakit tanaman.
Ditambahkan pula mikroba pemicu produksi unsur besi serta mikroba yang mampu melakukan biotransformasi logam berat sehingga menurunkan toksisitas (racun) pada lahan. Teknologi yang digunakan untuk memperbanyak mikroba tersebut adalah fermentor dan teknologi inokulasi mikroba.
Mikroba lokal adalah mikroba yang telah diketahui validitas jenisnya dan disimpan di dalam kultur koleksi. Di antaranya, adalah Azospirillium, Azotobacter, Rhizobium, Mikroriza dan mikroba tanah yang menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk kesehatan tanaman, seperti Bacillus.
Penggunaan Teknologi Beyonic ini diharapkan bisa membantu petani meminimalisasi penggunaan senyawa kimia sehingga kualitas lahan terjaga yang berujung pada peningkatan kapasitas produksi.
Selain Beyonic, ada beberapa pupuk produksi LIPI telah beredar di pasaran, seperti Seri BioPoska, Kompenit@ (produksi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor), Biomat (produksi UPT Balai Litbang Biomaterial), Biorhizin, Kedelai Plus, BioVam (produksi Pusat Penelitian Bioteknologi), Biosmik, Azofor, katalek dan StarTmik (produksi Pusat Penelitian Biologi). [mor]

http://teknologi.inilah.com/read/detail/1896897/teknologi-beyonic-tingkatkan-produksi-pertanian

Varietas Unggul Padi Gogo Tahan Kering dan Enak


Headline
inilah.com
Oleh:
Teknologi - Sabtu, 25 Agustus 2012 | 13:09 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Terobosan untuk menciptakan varietas padi unggul terus dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Salah satunya adalah pengembangan varietas unggul padi gogo yang tahan terhadap kekeringan.
Langkah ini dilakukan guna mendongkrak kapasitas produksi padi nasional dengan memanfaatkan lahan kering.
Padi akan berproduksi sepanjang tahun tanpa terhalangi adanya musim kering. Harapannya adalah ketahanan pangan nasional akan terus terjaga baik.
Sidang Tim Pelepas dan Penilai Varietas (TP2V) Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pada 27 Desember 2011 menyetujui usulan pelepasan galur padi gogo IR 79971-B-191-B-B dan IR 79771-B-227-B-B hasil pengembangan Dr. Enung Mulyaningshih, M. Si, Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI menjadi padi varietas unggul.
Setelah dilakukan pengujian selama dua tahun di 17 lokasi berbeda di seluruh Indonesia, dua galur padi gogo LIPI tersebut ditetapkan menjadi padi varietas unggul, bersama dengan galur padi dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian dan Universitas Jenderal Soedirman.
“Galur padi gogo LIPI bersaing dengan galur dari Universitas Mataram, Universitas Jenderal Soedirman, Institut Pertanian Bogor, dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian ,” terang Enung.
Galur padi gogo temuan LIPI ini, rata-rata mampu menghasilkan gabah sebanyak 8,4 ton per hektar. Hasil ini jauh lebih baik ketimbang varietas unggul sebelumnya yakni Situ Patenggang dan Batutegi.
Selain itu, kedua galur padi gogo LIPI juga toleran terhadap kekeringan, penyakit blas (penyakit yang diakibatkan cendawan) dan keracunan alumunium. Menurut Enung, tiga hal tersebut merupakan permasalahan besar bagi padi gogo.
Merunut ke belakang, pencarian varietas padi unggul tahan kering tersebut sebenarnya bekal untuk menghadapi pemanasan global. Maklum saja, sebelum ada varietas unggul padi gogo tersebut para petani masih mengandalkan padi tanam biasa.
Petani masih enggan menanam padi gogo karena produktivitasnya dan harga jual yang rendah. Ditambah lagi, padi gogo memiliki rasa yang kurang enak.
Setelah kemunculan varietas unggul ini, diharapkan petani mulai beralih ke jenis padi gogo ini untuk menggenjot produksinya.
Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI lainnya, Dr. Satya Nugroho, memaparkan bahwa, pihaknya menggunakan pendekatan dengan melihat gen padi yang bisa beradaptasi dengan kondisi kering untuk mencari padi unggul yang toleran sekaligus enak rasanya.
Gen tersebut dimanipulasi untuk membuat varietas yang lebih toleran terhadap kekeringan.
Dengan cara konvensional, penciptaan varietas unggul baru lewat persilangan perlu waktu paling cepat 10 tahun. Sebab, ada proses backcross (mengawinkan hibrid dengan salah satu induknya).
Hal tersebut dilakukan beberapa generasi untuk memastikan hanya sifat unggul yang pindah, bukan sifat yang tidak menguntungkan.
Namun, dengan bioteknologi, pengujian itu bisa dipercepat. Apabila kandidat gen sudah di tangan, bisa langsung diintroduksikan ke padi tanpa perlu backcross untuk menghilangkan sifat yang tak diinginkan.
"Satu tahun sudah bisa, tinggal uji lapangan dan multilokasi," katanya.
Dan akhirnya, dihasilkanlah dua varietas unggul padi gogo sekarang ini. [mor]
http://teknologi.inilah.com/read/detail/1897218/varietas-unggul-padi-gogo-tahan-kering-dan-enak

Sabtu, 18 Agustus 2012

Kaidah Menandai Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali


Share
Senin, 13/08/2012 08:36





Pada dasarnya Rasulullah Muhammad SAW banyak beribadah Qiyamu Ramadhan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan yang pada sepuluh pertamanya adalah rahmat, sepuluh tengahnya adalah ampunan dan sepuluh akhirnya adalah bebas dari neraka. Walau pun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.
Hanya saja, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:

تَحَرَّوْا ليلة القدر في العشر الأواخر من رمضان

Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu anha, ia berkata:


 كَانَ رَسُوْلُ الله إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ)) هذا لفظ البخاري.

Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli isterinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” Demikian menurut lafadz Al-Bukhari.

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ )) رواه مسلم.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.”

Dalam shahihain disebutkan, dari Aisyah Radhiyallahu Anha:

أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله ))

Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam senantiasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau.”

Lebih khusus lagi, adalah malam-malam ganjil sebagaimana sabda beliau:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ

Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR. Al-Bukhari dari Aisyah radhiyallahu ‘anha)

Dan lebih khusus lagi adalah malam-malam ganjil pada rentang tujuh hari terakhir dari bulan tersebut. Beberapa shahabat Nabi pernah bermimpi bahwa Lailatul Qadar tiba di tujuh hari terakhir. Maka




















































































Rasulullah bersabda:

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ


“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (Muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Dalam riwayat Muslim dengan lafazh:

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي

Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, jika salah seorang dari kalian merasa lemah atau tidak mampu, maka janganlah sampai terlewatkan tujuh hari yang tersisa dari bulan Ramadhan. ” (HR. Muslim dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Yang lebih khusus lagi adalah malam 27 sebagaimana sabda Nabi tentang Lailatul Qadar:

لَيْلَةُ سَبْع وَعِشْرِيْنَ

(Dia adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma, dalam Shahih Sunan Abi Dawud. Sahabat Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu menegaskan:

والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين

Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27. (HR. Muslim)

Dengan demikian dapat diberi kesimpulan bahwa Lailatul Qadar itu ada pada sepuluh akhir Ramadan, terutama pada malam tanggal ganjil.

Dalam hadits Abu Dzar disebutkan:

(( أَنَّهُ r قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ، وَخَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ، وَسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ، وَذَكَرَ أَنَّهُ دَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ خَاصَّةً ))

Bahwasanya Rasulullah melakukan shalat bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau mengajak shalat keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh (27).”

Para ulama kemudian berusaha meneliti pengalaman mereka dalam menemukan lailatul qadar, dan di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah atau formula untuk mengetahui itu adalah Imam Abu Hamid Al-Ghazali (450 H- 505 H) dan Imam Abu Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al-Qadr, bahwa Abu Hasan semenjak baligh selalu mendapatkan Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Menurut Imam Al Ghazali Cara Untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadan :

1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan

2. Jika malam pertama jatuh pada Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan

3.Jika malam pertama jatuh pada Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadan

4.Jika malam pertama jatuh pada malam Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan

5.Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.

Menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar jatuh pada malam Ahad, 11 Agustus 2012 atau malam 23 Ramadan 1433 H, karena awal Ramadan adalah malam Sabtu, 20 Juli 2012.

Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama’ yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin; juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257; Syaikh Ibrahim al Bajuri dalam Kitabnya Hasyiah 'Ala Ibn Qasim Al Ghazi juz I halaman 304; as Sayyid al Bakri dalam Kitabnya I'anatuth Thalibin Juz II halaman 257-258; juga kitab Mathla`ul Badrain karangan Syaikh Muhammad bin Ismail Daud al-Fathoni.



Ust. Yusuf Suharto
Alumnus Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Kontributor NU Online Jombangkirim 
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,39251-lang,id-c,ubudiyyah-t,Kaidah+Menandai+Lailatul+Qadar+Menurut+Imam+Ghazali-.phpxkomentar

Lebaran yang Meriah, tapi Tanpa Isi


PDFPrint
Saturday, 18 August 2012
Orang-orang yang berpuasa semata menunaikan kewajiban agama dengan khusyuk dan tulus sesuai seruan Allah, untuk menjadi orang yang takwa,berhak menerima sambutan sebagai para pemenang.


Menangkalah bukan ukuran dalam hidup, melainkan dalam perjuangan menata diri menjadi pribadi yang takwa, sangat istimewa. Perjuangan melawan hawa nafsu yang bergejolak tapi tak tampak,dan tak ada pihak yang bisa memberikan bantuan, membuat kemenangan menjadi luar biasa.Ini kemenangan rohaniah yang membuat sang pemenang menunduk dengan rendah hati.

Bagi mereka yang berpuasa dengan khusyuk dan ikhlas tadi, puasanya merupakan pengabdian dan persembahan pada Allah. Dia tak berharap akan datangnya balasan. Disebutkan,“ puasa ini untuk-Ku.” Maksudnya untuk Allah, dan beda dari semua jenis ibadah yang lain, yang pada hakikatnya untuk manusia sendiri. Apa yang untuk Allah, biarlah seutuhnya untuk Allah.

Ini persembahan kecil, yang mungkin tak penting bagi Allah yang Maha segalanya. Namun,kita yang tak berarti ini telah menyerahkannya dengan ikhlas,semata demi kebutuhan untuk menjadi takwa tadi. Lagi pula, kita tak pernah tahu adakah persembahan kita membuat Allah merasa berkenan di hati. Kita tak pernah tahu persembahan kita diterima atau tidak. Meskipun begitu, kita terus berusaha memberi- Nya persembahan yang sama, tiap tahun.

Puasa telah menjadi praktik kehidupan rohani yang “melembaga”, di dalam diri maupun di dalam masyarakat. Kita mengalami perubahan sosial yang cepat, dan menyangkut banyak segi dalam kehidupan. Mungkin, terutama, perubahan sosial di bidang keagamaan, yang menyangkut urusan puasa. Ibadah tahunan, yang kita laksanakan dengan khusyuk, disertai sikap zuhud, yang mengutamakan rohani, pelan-pelan berubah oleh gerak zaman.

Pelan-pelan kita mengesampingkan hal-hal yang bersifat rohani, dan lebih mengutamakan apa yang tampak gemerlap di dalam masyarakat. Puasa, ibadah khusyuk itu, berubah menjadi begitu meriah. Semua masjid di sekitar kita memancarkan kemeriahan itu.Hidup yang pribadi sifatnya berubah menjadi sifat kolektif. Puasa, yang sifatnya pribadi itu,menjadi komitmen sosial yang kuat.

Masyarakat ikut mengatur.Negara tak mau ketinggalan. Puasa menjadi ibadah massal. Ibadah pribadi, yang khusyuk dan ikhlas itu, tampil sebagai tindakan massal. Masyarakat Islam campur tangan. Dewan masjid campur tangan. Kantor-kantor, swasta ataupun pemerintah, juga campur tangan. Lembagalembaga pemerintahan ikut sibuk menyelenggarakan tarawih dan buka bersama.

Dan, puasa sebagai wujud komitmen pribadi lenyap di balik hiruk-pikuk semangat serbamassal. Sikap khusyuk dan mendalam menjadi suasana meriah. Televisi membikin kemeriahan ini sebagai tontonan, dengan niat meluhurkan kemuliaan bulan suci Ramadan.Tapi yang terjadi, tontonan tetap tontonan dan kesan itu dibiarkan. Di muka bumi ini mungkin hanya di negeri kita, di mana ibadah dan kekhusyukan rohaniah menjadi tontonan.

Tak mengherankan suasana puasa— dan tarawihnya—di berbagai negeri Islam, ditampilkan. Kejadian-kejadian di berbagai tempat yang berhubungan dengan puasa,tampil dalam warta berita, dan menjadi tontonan. Salat tarawih disorot, dan menjadi tontonan. Juga salat Idul Fitri di berbagai masjid dan lapangan terbuka. Pembahasan isi kitab suci, sesuatu yang serius dan mendalam, yang memerlukan keahlian seorang “mufasir” terkemuka, tak bisa berlangsung begitu saja sebagai suatu kajian keilmuan.

Dia harus juga menjadi tontonan umum, dan seperti tafsir Al Misbah, misalnya, tak cukup seorang ahli macam Prof Quraish Shihab. Fenomena rohaniah, yang sudah dijadikan tontonan ini, memerlukan moderator yang bisa membuat unsur rohaniahnya menjadi enak ditonton. Kita tak tahu, dosa apa yang dipikul masyarakat kita, yang menjadikan perkara rohani sebagai tontonan. Mufasir— ahli tafsir—terkemuka dianggap tak bisa tampil sendiri.

Orang terkemuka, yang memiliki otoritas besar di bidang tafsir, boleh muncul di televisi dan baru layak bila didampingi orang yang sebenarnya tak tahu-menahu persoalan kitab. Ini sebuah pelecehan terhadap kemuliaan tafsir kitab, dan pelecehan terhadap penafsirnya. Tokoh dunia ilmu kitabkitab, yang begitu otoritatif, boleh tampil hanya jika didampingi orang yang tak tahu menahu tentang kitab.

Bagi media, tontonan dan kemeriahan lebih penting. Bintang sinetron,penyanyi pemula, dan apa yang disebut “celebrity”, oleh media dianggap lebih penting. Alasannya karena mereka bisa membikin suatu siaran lebih meriah. Ilmu yang mendalam,yang berhubungan dengan puasa dan kehidupan agama, harus kalah dengan kehendak untuk meriah.

Maka berpuasa secara khusyuk dan ikhlas sebagaimana diajarkan Islam, agar kita meresapi jiwa ajaran luhur yang kita junjung tinggi, pelan-pelan tergusur oleh tontonan meriah, yang dangkal dan membosankan. Kehidupan rohani bangsa kita menjadi semakin kering karena kita mengejar apa yang serbameriah tapi kosong, dan menjauhkan kedalaman rohani dari kehidupan sehari-hari kita.

Kita kehilangan hikmah besar, tapi kita tak merasakannya. Kita menjadi begitu sibuk mengubah ibadah suci ini menjadi tontonan meriah. Kita bangga bisa melakukan itu,karena dengan begitu kita merasa modern, maju, dan kita telah memasuki kehidupan serba kosmopolitan. Maka tak mengherankan, dari tahun ke tahun, puas telah kehilangan inti utamanya karena kita lebih mengutamakan tampilan kulit yang meriah daripada isi dengan segenap unsur kedalamannya.

Dari tahun ke tahun, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa puasa telah kehilangan relevansinya, tapi kita menganggap tak ada masalah apapun dalam hidup kita. Puasa kita hanya meriah di luarnya, dan para pejabat, yang juga berpuasa, tak merasa malu melakukan tindakan korup,terus menerus tanpa henti. Lalu, tiap Lebaran mereka menyelenggarakan acara besar, “open house”dengan duit kantor, yang digelapkan secara terang-terangan dan resmi.

Mereka berteriak menyambut kemenangan di hari raya: menang karena berpuasa sebulan penuh,tapi tak menyadari telah kalah total tanpa harapan kemenangan karena puasanya tak mengubah tatanan jiwa,dan tak mengubah tatanan di sekitarnya. Puasa tak mengubah tingkat korupsi. Dan Lebaran yang meriah itu, kita khawatir, jangan-jangan tanpa isi.● MOHAMAD SOBARY Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan. Email: dandanggula@hotmail.com

Ketupat Lebaran Idul Fitri



PDFPrint
Saturday, 18 August 2012
Ratusan juta kaum muslimin merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1433 Hijriah. Di belahan bumi mana pun,pada 1 Syawal setiap tahun umat Islam dalam ratusan juta mengumandangkan takbir,tahlil, dan tahmid sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, dan pengakuan selaku hamba terhadap keesaan Allah serta pernyataan untuk selalu taat kepada-Nya.


Semua itu sebagai wujud kemenangan setelah selama satu bulan melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Idul Fitri sebagai puncak dari pelaksanaan ibadah puasa memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban melaksanakan ibadah puasa itu sendiri, yakni la alakum tattaqun (supaya kamu menjadi orang yang bertakwa).

Idul Fitri secara bahasa berarti hari raya Kesucian atau juga berarti hari raya kemenangan, yakni kemenangan mendapatkan kembali mencapai kesucian, fitri yang sejati.Adapun kata ‘id dalam bahasa Arab diambil dari akar kata ‘ain-wa-da, yang memiliki banyak arti,di antaranya sesuatu yang berulangulang. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘adah. Dan kata ‘idjuga memiliki arti kembali, kembali ke asal dari kata ‘audah.

Dari pengertian yang terakhir, Idul Fitri atau kembali ke asal adalah pengertian yang sangat relevan dengan makna yang akan dicapai dalam pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri,tentu saja apabila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadarinya tujuan puasa itu sendiri, yakni sense of objective (memiliki rasa ketakwaan) Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW yang berkaitan dengan asal kejadian manusia.

Dikatakan dalam suatu hadis Rasulullah SAW; “Setiap anak yang lahir adalah dalam kesucian”. Penegasan yang berkenaan dengan kesucian bayi yang baru lahir juga dinyatakan dalam sebuah hadis lain yang mengatakan bahwa seorang bayi apabila meninggal, maka akan dijamin masuk surga. Dalam tradisi masyarakat Indonesia,salah satu makanan yang disajikan pada saat lebaran Idul Fitri adalah ketupat.

Menurut Wikipedia, ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara Maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Dan biasanya, ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran,ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Beberapa jenis makanan yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), grabag (Magelang), kupat glabet (Kota Tegal),coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, serta gado-gado yang dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai sate,meskipun lontong lebih umum.

Pada saat Idul Fitri,ketupat tidak hanya menjadi sajian menu khas, tetapi juga memiliki makna yang dalam.Makna tersebut tidak hanya dari segi ajaran agama, tetapi tradisi budaya yang menyertainya. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa,yakni dari kata ku maknanya ngaku (mengakui) dan pat yang berarti lepat (kesalahan).

Jadi kupatmakna harfiahnya adalah mengakui atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Makna kupat tersebut, digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam menyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa, yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Salah satu bentuk kesakralan itu adalah ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat (barang siji kudu dirumat),yang memiliki kesaktian, sehingga harus dirawat dan dijaga, agar kesaktiannya itu tetap lestari.

Karena itu, ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa; sepasar) sesudahnya.Bahkan,ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat (lebaran kupat). Proses asimilasi budaya dan keyakinan yang telah berproses panjang ini, akhirnya mampu menggeser kesakralan kupat menjadi sebuah tradisi islami.

Dalam tradisi tersebut, ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat umat Islam merayakan Lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan. Tak hanya itu, cara membelah ketupat juga memiliki makna tersendiri.Biasanya ketupat dibelah menjadi empat, yang makna adalah: pertama laburan, yakni dalam rangka menyambut lebaran Idul Fitri, rumah-rumah itu dilabur, dibersihkan dan dicat ulang, sehingga kotoran itu hilang dan rumah akan tampak seperti baru.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas datangnya hari kemenangan setelah sebulan berpuasa,juga dihapus dosa dan kesalahan dengan membuka lembaran baru,yang lebih bersih. Kedua,luberan.Yaitu segala jenis makanan tersedia sampai meluber melebihi kapasitas tempatnya, biasanya tempat makanan itu bernama stoples.

Begitu juga jalanan menjadi ramai bahkan macet sehingga kendaraan meluber sampai ke jalan-jalan desa.Semua itu disajikan untuk menghormati para tamu, baik tetangga, teman maupun saudara, yang datang ke rumah untuk saling bermaaf-maafan. Makna yang ketiga adalah lebaran,yakni dibukanya pintu maaf lebar-lebar. Itu tidak hanya berlaku untuk yang berbuat salah tetapi juga kepada orang yang telah dizalimi.

Secara fisik, hal ini ditandai dengan dibukanya pintu rumah lebar-lebar pada saat Idul Fitri, untuk menerima tamu yang mengunjunginya. Keceriaan dan senyum lebar penuh kegembiraan selalu mewarnai perayaan lebaran sambil saling bermaafan. Dan keeempat adalah leburan. Maknanya adalah dileburnya dosa-dosa sesama manusia sebab saling memaafkan satu sama lain.Karena itu, menjadi wajar orang rela mudik menempuh perjalanan jauh dengan taruhan nyawa.

Semua itu dilakukan tidak lain adalah sebagai upaya untuk melebur segala dosa dan kesalahan, terutama kepada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman, agar pada saat Idul Fitri betul-betul kembali kepada kesucian sejati,seperti sucinya bayi yang baru dilahirkan.

Mari kita nikmati lezatnya ketupat lebaran, sambil kita rasakan hayati makna simbolis dan nilai-nilai ajaran agama,sosial dan budaya yang ada di dalamnya,sehingga kita dapat merasakan dahsyatnya ketupat lebaran. Selamat menikmati ketupat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin Wallahua’lam.● FAOZAN AMAR Direktur Al Wasath Institute dan Dosen Studi Islam UHAMKA

Nasionalisme Mudik


PDFPrint
Saturday, 18 August 2012
Mudik itu baik, asyik, dan unik. Mudik, pergi ke tempat asal budaya, termasuk peristiwa budaya yang baik dibandingkan korupsi atau menyebar isu SARA.Asyik,dan hanya mereka yang mudik yang bisa merasakan romantisnya.

Unik, karena di negeri ini, ini perjalanan pulang ke tempat kelahiran atau kelahiran orang tua,tanpa dibebani rasa bersalah seperti Thanksgiving Day di Amerika Serikat karena ”pembantaian dan pengusiran orang Indian” yang justru membalas dengan memberikan daging kalkun.

Jangan bilang mudik di Indonesia sudah baik dan benar, kalau pengaman jalur mudik masih memperlihatkan ketidakbecusan dalam berencana, atau imbauan-imbauan tak memijak bumi persoalan. Dan sesungguhnya,wahai para elite politik dan para pemegang kuasa, apa susahnya mengatur agar bisa mudik gratis?

Mudik Budaya 

Mudik adalah berkah sejati yang dinamikanya ditentukan masyarakat urbanis, tanpa surat perintah atau adanya peraturan daerah. Bukan juga karena perpres,atau pedoman kementerian mana pun. Murni darikebijaksanaanyangterjadi dengan sendirinya, sepenuhpenuhnya dibiayai sendiri. Dalam perkembangan dan pengertian mudik menjelang Lebaran, merupakan puncak kegiatan yang menyertakan beberapa keuntungan lainnya.

Dari sisi ekonomi, betapa mudah terjadi keinginan dan melaksanakan saling berbagi antara pusat dengan daerah—dan sepanjang jalan yang dilalui. Dari sisi budaya—yang tidak bisa dinilai dengan angka, melainkan dengan makna— kembalinya rasa hormat pada orang tua, kekeluargaan, juga berbuat dengan tulus.Kebersamaan dalam sehilir semudik, kata lain seia sekata,yang adalah nilai persatuan luhur yang kini mulai luntur.

Apa lacur, justru makna kebangsaan, nasionalisme ini yang hancur pelan-pelan tanpa disadari. Padahal justru dengan memelihara dan menghidupkan unsur dan bentuk yang sudah tercipta dengan sendirinya ini, sosialisasi lebih jitu. Langsung tertuju ke masyarakat dan mendapat tempat dalam hati, terlihat nyata, dan mudah dipahami karena dialami. Maka tak ada pilihan selain menyukseskan budaya mudik.

Sebagai pendekatan yang telah memiliki modal sosial kental, mudik adalah wajah keindonesiaan kita.Sebaliknya,mudik juga bisa menjadi penjauhan antara kita mana kala dilakukan pembiaran kesalahan berulang, atau terlebih lagi menyalahkan . Menyalahkan dengan cara ”ya jangan mudik kalau tak mau macet”, atau ”jangan mudik dengan motor, itu membahayakan diri sendiri.”

Mudik Gratis 

Belasan tahun lalu, sebuah perusahaan jamu memelopori acara yang disebut mudik gratis. Ribuan urbanis mendapat hantaran nyaman, aman tanpa keluar uang.Dan berkembang, meskipun pelan, beberapa pengusaha lain melakukan hal yang sama. Ini bisa menjadi model pendekatan pengusaha lain. Baik yang untuk kepentingan usahanya atau pabriknya,maupun yang lain.

Bahkan, semua kementerian atau lembaga pemerintah maupun swasta. Baik dengan kendaraan bus umum maupun bekerja sama dengan kereta api, kapal laut dan sejenisnya. Apa susahnya mengoordinasikan hal ini? Bukankah sekaligus menjamin keselamatan, dan bahkan jadwal kapan be-rangkat mudik dan kapan kembali.Bukankah secara keseluruhan menunjukkan kita mempunyai perencanaan dan pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan?

Baik itu perbaikan jalan, pengaturan petugas, dan terutama rasa persaudaraan . Mudik gratis bukan sesuatu yang susah atau mengada-ada. Karena yang berkepentingan bukan hanya hubungan buruhmajikan, melainkan juga antara partai politik dengan konstituennya, dan membuka dermawan terlihat secara penuh. Biarkan berkibar spanduk promosi, kampanye bendera partai, atau identitas komunitas ”Gunung Kidul”, atau posko-posko dengan merek produk dan membagikan produknya dengan senyuman.

Semuanya mungkin karena kebutuhan mudik adalah kebutuhan dari makan-minum,kendaraan, obat-obatan,makanan, pakaian,dan keselamatan. Apa seeeh susahnya mendirikan Badan Mudik Nasional, kalau yang lebih susah mendirikan partai politik pada bernafsu? Bukankah Badan Mudik Nasional, tidak hanya memikirkan komunitas sendiri, kepentingan pribadi, tapi mewadahi kepentingan semua itu?

 Mudik Nasional 

Peristiwa mudik bukan hanya kepentingan agama tertentu— yang memulai dan itu sungguh mulia,juga bukan hanya terjadi di satu pulau saja— meskipun sering terhenti membicarakan Jawa, atau kepentingan satu suku—seakan kita lupa suka yang lain.

Mudik telah menjadi kebersamaan yang mendarah daging, semua yang menghuni tanah air yang bernama Indonesia. Mudik menjadi unsur dalam bahan pokok kehidupan, menjadi hajat hidup orang banyak, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rasa nasionalisme berbangsa dan bertanah air dan berpengharapan yang sama.

Barangkali ketika berbagai peristiwa cenderung memisah dan membelah, cenderung kembali ke cangkang primordial yang mencekal,mudik telah ada dan memberi jawaban dalam rumusan yang indah, damai,dan berkelanjutan.● ARSWENDO ATMOWILOTO Budayawan

Selasa, 07 Agustus 2012

Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (3)



Selasa, 07 Agustus 2012, 14:15 WIB
flickr.com
  
Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (3)
Masjid Kayu di Danakil, Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, Namun, upaya itu tak pernah berhasil. Hingga kini Islam tetap eksis dan menjadi agama terbesar kedua di Ethiopia, setelah Nasrani. 

Berdasarkan sensus pada tahun 1994, jumlah penduduk Muslim di Ethiopia mencapai 32,8 persen dari total populasi di negera itu. 

Mayoritas umat Islam di negeri itu kebanyakan berada di Somalia, Afar, serta Oromo. Selain itu, umat Islam juga tersebar di Amhara, Tigray, dan Gurage.

Umat Islam mencapai kejayaannya di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Nasrani itu, saat mampu mendirikan kesultanan Muslim.
Beberapa kesultanan Muslim yang pernah berkuasa di Ethiopia itu antara lain; Kesultanan Adal di timur Ethiopia; Kesultanan Aussa di timur laut Ethiopia; Kesultanan Harar di timur Ethiopia; Kesultanan Ifat di timur Ethiopia; serta Kesultanan Shewa di Ethiopia tengah.

Setelah meredupnya kejayaan kesultanan Muslim di Ethiopia, posisi umat Islam kian terhimpit. Kondisi mengenaskan itu mulai terjadi ketika di penghujung 1890-an, Raja Yohanes IV mengeluarkan kebijakan untuk mengkristenkan Ethiopia. 

Akibat kebijakan yang diwarnai kekejian itu, banyak umat Muslim yang akhirnya memiliki keyakinan ganda. Siang hari mereka berpura-pura mengaku Kristen, namun pada malam hari mereka menjadi Islam dan melakukan ibadah.

Prinsip ini dalam Islam dikenal dengan nama Taqiah atau menyembunyikan keyakinan diri demi keselamatan diri. 

Strategi kaum Muslim Ethiopia yang menutupi keyakinan yang sebenarnya itu ditulis secara menarik oleh Najib Kailani dalam novelnya yang berjudul “Bayang-Bayang Hitam”. Sebagian Muslim yang tak mau taqiah (menyembunyikan keyakinan), akhirnya memilih hijrah ke tempat lain.

Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (2)

Selasa, 07 Agustus 2012, 13:59 WIB
flickr.com
  
Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (2)
Masjid Kayu di Danakil, Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW lalu memerintahkan umat Muslim untuk kembali ke Ethiopia untuk yang kedua kalinya. 

Jumlah sahabat yang hijrah pada gelombang kedua itu terdiri dari 80 sahabat. Rasulullah pun berpesan kepada para sahabat untuk menghormati dan menjaga Ethiopia. 

Orang kafir Quraisy lalu mengirimkan utusannya, Amr bin Ash dan Imarah bin Walid menghadap Raja Ethiopia. Keduanya meminta agar Raja Najasyi mengusir umat Islam dari tanah Ethiopia.

Permintaan orang kafir Quraisy itu ditolak Raja Ethiopia dan para sahabat tetap tinggal di negeri itu hingga Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. 

Tak semua sahabat kembali berkumpul dengan Rasulullah SAW, sebagian di antara mereka memutuskan untuk menetap di Ethiopia. Mereka lalu menyebarkan agama Islam di wilayah Timur ‘benua Hitam’ itu.

Perlahan namun pasti agama Islam pun mulai berkembang di Ethiopia. Pada mulanya, Islam berkembang di wilayah pesisir selatan Afrika, khususnya dari Somalia. Setelah itu, banyak penduduk Ethiopia yang memutuskan untuk memeluk agama Islam. 

Berkembang pesatnya agama Islam di Ethiopia tak berjalan mulus dan mendapatkan perlawanan dari Umat Nasrani yang berada di wilayah utara Ethiopia seperti Amhara, Tigray, serta Oromo.

Meskipun orang-orang Oromo sehari-hari mempraktikkan tradisi Waaqa yang dipengaruhi budaya Islam, kenyataannya mereka tak suka Islam berkembang di Ethiopia. 

Sejarawan Ulrich Braukamper berkomentar, “Ekspansi yang dilakukan orang non-Muslim Oromo yang dilakukan selama berabad-abad di wilayah selatan Ethiopia bertujuan untuk menghapuskan Islam dari kawasan itu.”

Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (1)



Selasa, 07 Agustus 2012, 13:43 WIB
flickr.com
  
Ethiopia, Negeri Penyelamat Para Sahabat (1)
Masjid Kayu di Danakil, Ethiopia.

REPUBLIKA.CO.ID, Makkah, bulan Rajab tahun ketujuh Sebelum Hijrah (SH)/615 M. Di tengah kegelapan malam yang mencekam, 11 pria dan empat wanita sahabat Rasulullah SAW mengendap-endap meninggalkan Makkah. 

Dua perahu yang terapung di Pelabuhan Shuaibah siap mengantarkan mereka menuju ke sebuah negeri untuk menghindari kemurkaan dan kebiadaban kafir Quraisy.

Negeri yang mereka tuju itu bernama Abessinia dan kini dikenal sebagai Ethiopia—sebuah kerajaan di daratan Benua Afrika. Para sahabat itu hijrah ke Abessinia atas saran Rasulullah SAW.

Inilah proses hijrah pertama yang dilakukan kaum Muslimin, sebelum peristiwa hijrah ke Madinah. Di antara sahabat yang hijrah ke Ethiopia itu antara lain; Usman bin Affan beserta istrinya Ruqayyah yang juga putri Rasulullah SAW serta sahabat dekat lainnya.

Perjalanan para sahabat ke negeri Ethiopia itu dipimpin Usman bin Maz’un. Setelah mengarungi ganasnya gelombang Laut Merah, lima belas sahabat Rasulullah itu akhirnya terdampar di Ethiopia yang kala itu dipimpin seorang raja bernama Najasyi orang Arab menyebutnya Ashama ibnu Abjar.

Mereka disambut dengan penuh keramahan dan persahabatan. Inilah kali pertama ajaran Islam tiba di Afrika. Raja Ethopia lalu menempatkan mereka di Negash yang terletak di sebelah utara Provinsi Tigray. 

Wilayah itu lalu menjadi pusat penyebaran Islam di Ethiopia yang masuk dalam bagian Afrika Timur. Setelah tiga bulan menetap di Ethiopia dan mendapat perlindungan, para sahabat mencoba kembali pulang ke kampung halamannya, Makkah. Namun, situasi keamanan Makkah ternyata belum aman.

Astaghfirullah, Masjid Joplin Dibakar



Selasa, 07 Agustus 2012, 10:37 WIB
ap
  
Astaghfirullah, Masjid Joplin Dibakar
Masjid di Kota Joplin, Missouri, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, JOPLIN-- Sebuah masjid di wilayah barat Missouri, Joplin, Senin (6/8) sekitar pukul 03.30 waktu setempat habis terbakar. Ini merupakan kebakaran kedua yang melanda Masjid Joplin dalam satu bulan ini, diduga masjid sengaja dibakar pihak-pihak tertentu.

Kebakaran yang membakar masjid komunitas Masyarakat Islam Joplin tersebut kontan menimbulkan kerugian besar bagi para jamaahnya. Meski tak ada korban luka jiwa dalam kebakaran, namun masjid tersebut telah lama digunakan Masyarakat Komunitas Islam di wilayah tersebut.

Imam masjid Lahmuddin mengatakan, ia sangat sedih dan terkejut atas kejadian tersebut. Imam Lahmuddin sendiri masih berada di masjid hingga Ahad (5/8) malam, ia tak menyangka Senin dini hari masjid telah habis terbakar.

" Saya masih di depan masjid dan melihat kerusakan, tak ada yang bisa diselamatkan," kata Lahmuddin.

Namun meski kecewa dan terkejut menurutnya ini semua terjadi atas kehendak Allah. Sehingga sebagai umat Muslim yang memiliki iman, harus bersabar menghadapinya terutama dibulan Ramadhan.

Pihak berwenang kini mengumpulkan sisa-sisa bangunan yang berada di sana, termasuk beberapa pilar batu yang masih berdiri. Untuk keperluan penyelidikan lebih jauh mengenai kebakaran tersebut.

Agen khusus FBI yang bertugas di wilayah Kansas mengatakan, pihaknya tengah melakukan investigasi lebih jauh mengenai penyebab kebakaran. Ia mengatakan, sekitar 30 peneliti gabungan dari FBI dan Biro Alkohol Tembakau dan Senjata Api bersama-sama tengah menyelidiki penyebab kebakaran.

Setelah kejadian kebakaran pertama FBI merilis sebuah video CCTV yang menangkap seorang pria yang terlihat menyulut api di dekat masjid. FBI bahkan menawarkan hadiah 15 ribu dolar bagi siapa saja yang berhasil menemukan orang dalam video tersebut.

Juru bicara kantor Sheriff Sharon Rhine mengatakan, pada kebakaran kedua ini kamera keamanan di sekitar wilayah tersebut habis dibaka

Senin, 06 Agustus 2012

Buku SD Berbau Pornografi Masih Beredar


PDFPrint
Tuesday, 07 August 2012
GARUT– Empat buku bacaan berbau pornografi masih beredar di sejumlah perpustakaan sekolah dasar (SD) di Kabupaten Garut. Hingga kini pihak Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut belum melakukan upaya penarikan terhadap empat buku yang semestinya dibaca orang dewasa tersebut.

Empat buku berbau pornografi yang ada di sekolahnya berjudul Tidak Hilang Sebuah Nama karya Galang Lutfiyanto, Ada Duka di Wibeng karya Jazimah Al Muhyi,serta dua buku serial‘Tambelo’,berjudul Kembalinya si Burung Camar dan Meniti Hari di Ottakwa karya Redhite Kurniawan. Petugas Perpustakaan SDN 2 Sukamukti Silviani, 30, menuturkan, buku-buku tersebut belum ditarik sejak diterima perpustakaannya pada Juni 2011.

“Sewaktu menerima empat buku yang diterbitkan oleh Penerbit Era Adicitra ini,kami sudah memeriksanya terlebih dahulu. Setelah diperiksa, kami baca di dalamnya ada unsur pornografi. Makanya, sampai sekarang bukunya tidak kami persilakan agar dibaca siswa,” katanya kemarin. Kepala SDN 2 Sukamukti Eded Suparman mengatakan, empat judul buku tersebut diterima dari program Dana Alokasi Khusus (DAK) 2010 yang direalisasikan tahun lalu.

Dari total Rp270 juta yang diterima sekolahnya untuk pengadaan perpustakaan, sebesar Rp90 juta di antaranya dalam bentuk 970 judul buku dengan jumlah lima eksemplar per judulnya. “Buku-buku itu sudah kami amankan supaya tidak dibaca anak-anak. Tapi, kami baru akan mengembalikannya pada Dinas Pendidikan jika ada gantinya. Kalau empat judul buku ini ditarik tanpa gantinya, kami rugi 20 buku.Itu pun belum semua judul buku yang kami terima. Masih kurang 137 judul lagi,”ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Garut Mahmud mengaku pihaknya telah menerima informasi terkait keberadaan buku-buku bacaan yang mengandung pornografi tersebut di sejumlah sekolah di Garut. Mahmud berjanji akan menelusuri masalah tersebut. “Buku-buku ini sampai di Garut sebelum saya menjabat jadi Kadisdik.Kalau isinya memang tidak sesuai,jangan sampai dibaca oleh anak-anak.Kami akan upayakan penarikan segera,”tukasnya. fani ferdiansyah 

Polisi Mabuk Terancam 5 Tahun


PDFPrint
Tuesday, 07 August 2012



CIREBON – Anggota Reskrim Polsek Karangsembung,Kabupaten Cirebon, Brigadir Sahidin Zaenudin (sebelumnya tertulisWJ) yang menembak Agus bin Waryo hingga tewas terancam lima tahun penjara. Selanjutnya pelaku akan diproses hukum secara internal berupa pelanggaran kode etik dan eksternal. Menurut Kapolres Cirebon AKBP Hero Henrianto Bachtiar, proses peradilan umum akan menjadi prioritas sebagai landasan peradilan kode etik.

“Kalau vonis hukuman penjara di atas tiga bulan, sanksinya berupa pemecatan.Yang jelas, motif penembakan itu murni kelalaian pelaku dan tidak mengandung tendensi apapun kepada korban.Pelaku dalam pengaruh miras sehingga tidak tahu apa yang telah diperbuat dengan senjatanya yang bermasalah sejak awal,”ujarnya ,kemarin. Dalam proses pemeriksaan, Sahidin berdalih menembak korban karena senjata api miliknya rusak.

Pelatuk pistol jenis revolver itu dalam kondisi macet. Dia menjelaskan, sebelum penembakan itu dirinya berkumpul dengan empat kawannya sambil menenggak miras.“Teman saya beli rokok di warung, sedangkan saya menunggu di sebuah gang. Tiba-tiba ketika saya ngobrol dengan perangkat desa bernama Otong,saya melihat seorang pemuda desa berteriak minta tolong dan memanggil temantemannya,” katanya. Sahidin melihat ada gelagat tak baik saat itu.

Dia berpikir tengah terjadi tawuran.Menurutnya, daerah sekitar tergolong rawan tawuran antardesa maupun antarkelompok pemuda. Melihat kerumunan kelompok pemuda obrog yang tengah ribut semakin menguatkan dugaan adanya tawuran. “Karena masih tak digubris, saya bermaksud memberi tembakan peringatan kedua kali.

Tapi, senjata saya macet di pelatuk dan saya bermaksud membetulkan, ternyata silinder peluru tidak bisa dibuka. Ketika saya buka silindernya, ternyata pistol meletus dan kena korban,”jelas Sahidin. Menanggapi pistol pelaku yang rusak, Kapolres Cirebon AKBP Hero Henrianto Bachtiar membantah laporan dari Sahidin. Kerusakan senjata milik Sahidin justru baru diketahui setelah kejadian.

“Saya sudah tanya Kapolsek Karangsembung dan dia mengaku belum pernah membuat satu lembar surat pun berkaitan dengan senjata yang rusak. Begitu juga dengan bagian logistik Polres Cirebon Kabupaten maupun Kanit Reskrimnya, keduanya tidak tahu kalau senjata itu rusak,” ujarnya. Dia memastikan semua senpi yang diberikan kepada seluruh anggota di wilayah hukum Polres Cirebon layak digunakan. Selain itu, propam selalu memeriksa senpi secara berkala. erika lia