Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Minggu, 13 Januari 2013

Bandung 1952 (9) Pemakaman Oto Iskandar Dinata

OPINI | 09 April 2012 | 19:31 Dibaca: 803   Komentar: 2   Nihil
13339746401754972782
kredit Foto: Wikipedia
Menjelang akhir 1952 warga Bandung menyaksikan pemakaman kembali tokoh Pasundan Oto Iskandar Di Nata. Disebut pemakaman kembali karena jenazahnya sebetulnya tidak pernah ditemukan, hanya saja ada saksi yang melihat tempat Oto meninggal, yaitu di kawasan Mauk, Tangerang. Panitya yang membawa apa yang disebut Syarat Jenazah tiba di Bandung dengan sebuah peti berisi pasir dan air laut yang diambil seorang putera Oto sebagai simbol jenazah. Pasir dan air laut itu dimasukan ke dalam peti didiringi doa seorang Penghulu Jaksa Tangerang.
Dalam rombongan terdapat Menteri Perhubungan Djuanda, Ir.Ukar Bratakusumah, Dr.Djungjunan, sampai tangerang dan dari Jakarta oleh Overste (setara Letnan Kolonel) Sukanda dan di Bandung oleh puteranya Overste Sentot Iskandar Di Nata. Syarat jenazah ini diserahkan ke Bandung untuk dimakamkan pada hari Minggu, 21 Desember 1952 di Taman bahagia, daerah Lembang bersama putera-puteranya yang gugur di masa pembangunan BKR.
Pemakaman dimulai pukul 10 pagi dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Peti diangkut oleh sejumlah pemuda berpakaian putih-putih. Para sanak saudara Oto berjejer di bawah bendera setengah tiang diapit oleh panitia. Hadir dalam pemakaman itu Menteri Perhubungan masa itu Ir. Juanda yang mewakili Pemerintah Republik Indonesia, Gubernur Jawa Barat Sanusi Hardjadinata, Overste Sukanda Bratamanggala sebagai wakil tentara, juga hadir wakil keluarga (Sentot Di Nata), Djaja Rachmat, Ketua DPRD Jawa Barat dan wakil dari Masyumi dan wakil Partai Kebangsaan Indonesia.
Partai Kebangsaan Indonesia juga mengadakan upacara penghormatan almarhum Oto Iskandar Di Nata, sehari sebelumnya Sabtu 20 Desember 1952. Hadir dalam upacara itu Djuanda, Sanusi, serta Sewaka (Gubernur Jawa Barat masa Revolusi(. Dalam upacara malam itu juga diadakan penghormatan terhadap tiga tokoh Paguyuban Pasundan lainnya seperti almarhum Atik Suardi, Suriadirdja dan D.K. Ardiwinata. Dalam sambutannya Gubernur Sanusi menyebutkan Oto gugur ketika suasana masih gelap gulita dan diliputi kabut rahasia akibat meletusnya revolusi nasional. (Berita Antara, 20 Desember 1952).
Hingga saat ini belum terlalu jelas apa yang terjadi sebetulnya pada Oto Iskandar Di Nata. Bisa dikatakan Oto Iskandar di Nata adalah “orang hilang” pertama dalam sejarah Republik Indonesia.
Peristiwa 19 Desember 1945
Dalam harian Pikiran Rakjat 20 Desember 1952 disebutkan apa yang disebut Tragedi 19 Desember 1945. Sewaktu arus Proklamasi Kemerdekaan sedang berkobar, Oto Iskandar Di Nata diculik oleh serombongan orang tak dikenal pada Oktober 1945 . Kabarnya dia sempat dibui di Rumah Tahanan Tangerang dan dibawa ke Mauk, sekitar 21 Km dari Tangerang. Para penculik itu diduga berasal dari kelompok Laskar Hitam.
Pada 19 Desember 1945 jam 5 sore datang sebuah truk dari Tangerang, dua orang berpakaian hitam, berikat kepala, bersenjata belati membawa Oto bersama seorang tawanan bernama Hasbi. Mereka dibawa ke pantai Desa Ketapang, sekitar 2 Km dari dari Mauk. Keduanya dianiaya dulu dengan tangan terikat, kemudian dibunuh. Mayat mereka dilempar ke laut.
Keterangan yang didapat dari seorang yang mengetahui , pada waktu hingga waktu berita itu ditulis (1952) masih bekerja sebagai mantri jururawat bahwa mayatnya pernah ditemukan, namun sebagian dagingnya telah hilang. Pemberi keterangan ini soerang yang menjaring ikan di Pantai Ketapang. Namun ia tidak berani mengubur mayat itu karena khawatir. Esoknya mayatnya hilang lagi. Kemudian muncul lagi, namun dibiarkan dan hilang entah ke mana. Berdasarkan keterangan ini Pantai Desa Ketapang, Mauk itu dianggap sebagai tempat jenazah pahlawan nasional asal Jawa Barat itu.
Menurut Berita Antara 22 Desember 1952 Oto Iskandar Di Nata menjadi korban masa “curi-mencurigai”  Dalam sejumlah lieratur muncul beberapa pendapat mengenai kematian Oto Iskandardinata. Pertama , peristiwa yang menimpa Oto terjadi pula terhadap beberapa pemimpin pemerintahan di Jawa Barat yang dianggap berpihak pada Jepang.  Ada juga pendapat  yang menyebutkan  kemungkinan Oto dibunuh oleh sesorang atau golongan yang dendam karena langkah dan ucapan Oto yang tegas tanpa tedeng aling-aling.
Tokoh Pergerakan yang Progresif
Kiprahnya dalam pergerakan sya gambarkan secara ringkas. Budi Utomo  di antaranya.  Oto pernah duduk dalam pucuk pimpinan Boedi Oetomo, bersama dr. Sardjito dan Mr.Sujudi. Dia menonjol dalam Kongres Budi Utomo (BO) di Solo pada 1924 di mana ia menjadi orator ulnung dan bintangnya Kongres. Pengurus BO yang pada waktu itu di tangan golongan tua yang lunak diserang habis-habisan oleh Oto yang tampil sebagai utusan BO Pekalongan.
Pengurus Besar BO mengajukan  program  berbau kepriyayian (kemanak-menakan). Program tersebut menurut pandangan tenaga muda yang progesif  cenderung sangat kejawa-jawaan. Oto masuk golongan muda progersif menghendaki perjuangan nyata dan tegas.  Bahkan dalam 1925 ketika  Oto duduk dalam pucuk pimpinan mengajukan usul non cooperatie  yang membuat kalangan tua gelisah.  Selain Oto, Dokter Sardjito, Mr. Suyudi juga mendukung gerakan non-cooperatie. ,
Dalam bulan April BO memilih buka jalan non coorporatie.  Namun kaum tua dalam Kongres Luar Biasa yang diadakan di Yogyakarta pada Juni mencabut keputusan itu. Pada saat itu juga Oto Iskandar, dokter Sarjito, Mr Sujudi, Hadjo Susastro , Sutedjo menyatakan tidak bersedia lagi memikul tanggungjawab pimpinan. Mereka ramai-ramai meletakkan jabatan.
Bahkan pada tahun berikutnya Oto memberikan talak pada Budi Utomo. Dia mendapat saluran lain untuk aspirasi politiknya. Pada waktu itu Gubernur Hindia Belanda De Jonge yang reaksioner. Oto duduk sebagai anggota baru Volskraad mewakili Pasundan. Oto berani mengucapkanmaidenspeech yang membuatnya terkenal. Pidatonya menyatakan perasaan menyesal terhadap angkatan De Jonge. Mereka dianggap tidak sesuai dengan pentolan kapitalis dengan kewajiban suci terhadap Indonesia.
Belum lima menit bicara palu sudah diketuk Mever Ranefft yang terkenal galak. Berturut-turut lima kali Oto ditegur. Jago-jago kaum reaksioner seperti Hamer, Fruin, Wolff menganggu Oto, Namun Oto tangkas menjawab. Masuknya Oto kemduian memperkuat Nationale Fractie yang bertujuan Indonesia merdeka. Selama menjadi anggota Volskraad oto menjalankan tugas dengan baik (1931-1942), di samping Kusumo Utoyo, Mochtar bin Prabu Mangkunagoro, Soangkupon, Wiwoho dan sebagainya.
Kiprah utama Oto lainnya adalah Paguyuban Pasundan  merupakan suatu manifestasi dari kelahiran kembali pribadi pemuda-pemuda Sunda dan orang-orang Sunda pada umumnya. Menurut Edi. S.Ekadjati dalam tulisannya “Paguyuban Pasundan” dalam buku Fatimah in West Java disebutkan fenomena masuknya Oto ke dalam organisasi ini cukup menarik dalam sejarah pergerakan karena ia berasal dari Budi Utomo yang pernah berpolemik dengan Pagubyuban Pasundan.
Kiprah Oto di Paguyuban Pasundan terjadi ketika ia pindah ke Jakarta dan menjadi guru HIS Muhammadiyah. Pada Desember 1929 dalam suatu pemilihan pengurus pusat Paguyuban Pasundan di Bandung Oto terpilih menjadi Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan. Jabatan tersebut dipegangnya sampai 1945.
Pada masa Jepang berkuasa kaum pergerakkan pada umumnya melanjutkan perjuangannya dalam bentuk lain, yaitu menempuh jalan bekerjasama dengan pihak Jepang dengan harapan  akan menyelamatkan perjuangan mereka.  Di pihak lain, Jepang pun merasa perlu bekerjasama dengan kaum pergerakkan karena menganggap pengaruh kaum pergerakkan sangat besar di kalangan rakyat. Jepang kemudian membentuk suatu birokrasi pemerintahan untuk memperkokoh  keduduk-kannya di Indonesia.
Ketika Jawa Hokokai  (Perhimpunan Kebaktian Jawa) dibentuk, Oto ikut menjadi anggota organisasi ini. Jawa Hokokai dibentuk untuk menggantikan kedudukan Poetera yang tidak mendapat dukungan masyarakat Jawa. Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Pimpinan tertinggi adalah Kepala Pemerintahan Militer. Pada 14 September 1944 dibentuk Barisan Pelopor  (Suisyintai) yang merupakan anak cabang Jawa Hokokai atau Jawa Hokokai Bagian Pemuda. Pengurus Barisan Pelopor  antara lain terdiri dari Ir Sukarno sebagai ketua, R.P. Suroso, R. Oto Iskandardinata, dan  Dr. Buntaran  Martoatmojo sebagai wakilnya.
Pada jaman kemerdekaan Oto Iskandardinata merupakan orang pertama yang menjabat sebagai Menteri  Urusan Keamanan. Pada saat Oto menjabat Menteri Urusan Keamanan, timbul masalah  yaitu bekas Daidancodan Codanco yang bertekad  mempertahankan kemerdekaan kekurangan senjata. Kemudian muncul   badan-badan perjuangan  seperti  Hisbullah dan Sabillilah, Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia, dan Pemuda Republik Indonesia yang juga menuntut diberikan senjata.
Oto Iskandar Di Nata: Salah seorang Pelopor PSSI
Oto punya dunia lain, yaitu olahraga. Sejak duduk di bangku sekolah rendah hingga tamnat HKS di Purworejo bahkan hingga menjadi guru di HIS di pekalongan, oto adalah pemain sepakbola. Dia menyukai posisi back dan juga bagian depan. Dia juga merupakan salah satu aktifis Persatuan Sepakraga (sebelum menjadi Sepakbola) Seluruh Indonesia (PSSI). Sebagai media komunikasinya Oto Sikandar sendiri mengelola sebuah majalah yang dinamakan Olahraga. Sementara Soeprodjo bertindak sebagai Pemimpin Redaksi.
Pada edisi No 11 tahun I Maret 1937 halaman 15 edisi itu seorang pembaca berinisial MT menulis:
Sekarang soedah sampai di tangan kita, Madjalah Boelanan bernama Olaharag di bawah pimpinan Toean Oto Iskandar Di Nata dan Toean Soeprodjo sebagai Hoof Redacteur. Kedoea tenaga ini kita kenali dari dekat aktief dan selaloe gembira….Dan kedoanja memang gemar sport, teroetama toean Oto Iskandar Di Nata.
Majalah Olahraga memberitakan kegiatan PSSI kurun 1930-am, termasuk kegiatan 19 klub yang menjadi anggotanya, di antaranya Persib (Bandung), PSIS (semarang), PSIM (Yogyakarta). Olahraga juga menunjukkan sikap nasionalisme yang tinggi seperti dalam tulisannya tentang pendirian PSSI dalam edisi Desember 1936. Disebutkan:
Tanggal 19 menghadap 20 April 1930 waktoe jang tak akan bsia diloepakan oleh tiap-tiap penggemar sport, sportliefhebbers, lebih2 kaoem sportmaniak jang tjoekoep penoeh berdarah kebangsan nasional, karena pada waktoe itoelah Indoensia dianoegrahi Toehan satoe organisasi persepakragaan nasional PSSI….
Irvan Sjafari
Sumber:
Berita Antara 22 Desember 1952
Olahraga 1936-1937
Pikiran Rakjat 20 Desember 1952
Pikiran Rakjat, 21 Desember 1952
Pikiran Rakjat, 22 Desember 1952
Linda Sunarti dalam tulisannya Oto Iskandar Di Nata dalam blog http://luckymulyadisejarah.wordpress.com/2008/06/15
Fatimah in West Java, Bandung: Pusat Studi Sunda, 2004
http://sejarah.kompasiana.com/2012/04/09/bandung-1952-9-pemakaman-oto-iskandar-dinata-448540.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar