Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Senin, 07 Mei 2012

Hasil Penelitian Rektor Universitas Pertahanan-Profesionalisme-Kualitas TNI Alami Penurunan


Tuesday, 08 May 2012
JAKARTA – Profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia (SDM) TNI diperkirakan mengalami penurunan. Temuan ini berdasarkan hasil penelitian Rektor Universitas Pertahanan Syarifudin Tippe pada 1999–2009.

Menurut dia, tanda-tanda penurunan profesionalitas dan kualitas TNI ini bisa dilihat dari peningkatan ancaman di perbatasan dan pulau terluar, ancaman terorisme, serta minimnya mobilitas udara, laut, dan darat.Hal ini dipengaruhi oleh beragam faktor. Berdasar penelitiannya,hal tersebut terjadi akibat rendahnya kualitas personel dan rendahnya kapabilitas alutsista TNI.

“Dan muaranya adalah kecilnya dukungan anggaran TNI,”ungkapnya seusai meluncurkan buku berjudul Human Capital Management: Model Pengembangan Organisasi Militer Indonesia di Kementerian Pertahanan, Jakarta,kemarin,’ Tippe juga melihat penurunan itu terjadi karena Undang- Undang Nomor 3/2002 tentang Pertahanan Negara tak membahas sumber daya prajurit, baik dari sisi pengetahuan, keahlian, maupun sikapnya. Peraturan belum menyentuh profesionalisme prajurit.

Begitu pun di tataran kebijakan. Institusi pertahanan mulai dari Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, dan Mabes Angkatan masih secara parsial memaknai profesionalisme TNI dengan persepsi masingmasing. Kemhan misalnya menetapkan kriteria SDM TNI sebagai personel yang berkualitas tinggi, sedangkan Mabes TNI menetapkan kebijakan Panca Tunggal dengan menyisipkan peningkatan profesionalitas prajurit pada kebijakan reformasi internal TNI.

Berbeda pula dengan yang dilakukan di Mabes Angkatan. Di Angkatan Darat menetapkan kebijakan tentara profesional sebagai salah satu visinya. Di Angkatan Laut menetapkan kebijakan perwira unggulan sebagai bagian dari TNI AL yang profesional. Sementara di Angkatan Udara memaknai profesional dalam jangka panjang sebagai the first class.

Menurut Syarifudin, kondisi tersebut mencerminkan belum ada kebijakan yang terintegrasi. Bahkan belum dapat dikategorikan sebagai blueprint strategi pengembangan SDM TNI.“Artinya kebijakan tentang strategi pengembangan SDM TNI yang eksis sekarang ini belum menjamin ke arah peningkatan mutu profesionalisme TNI,”ungkapnya. Dia menyarankan agar pembenahan profesionalisme prajurit menggunakan konsep human capital management.

Kebijakan pengembangan SDM harus berbasis pada pencarian manusia terpilih yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sekaligus spiritual. Langkah ini, menurut Tippe, bisa dilakukan Kemhan dan menjadi acuan Mabes TNI dan Mabes Angkatan dalam merumuskan kebijakan operasional pengembangan SDM TNI dan Angkatan. Sementara itu,Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menuturkan, pengembangan profesionalisme TNI merupakan investasi yang tak terlihat, namun sangat bermanfaat.

“Apalagi dengan berkembangnya pendekatan diplomatic power dalam pengembangan pertahanan dunia saat ini,” ujarnya. Dia menerangkan, perkembangan diplomatic power memungkinkan setiap negara berintegrasi untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman. Konflik yang terjadi di Laut China Selatan misalnya diyakini tidak akan menimbulkan perang terbuka.

Purnomo menambahkan, Kemhan tengah membangun SDM pertahanan secara bertahap dengan terus meningkatkan profesionalisme dan semangat bela negara. Dua faktor itu akan memengaruhi profesionalisme prajurit semakin tinggi. fefy dwi haryanto
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/492999/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar