Berbagi Pengetahuan

Blog ini dibuat sebagai kliping media.

Semoga bermanfaat

Kamis, 28 Juni 2012

Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (2)



Kamis, 28 Juni 2012, 10:27 WIB
Blogspot.com
  
Drama Kosmik Menurut Al-Kasyani (2)
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Iblis dikonotasikan dengan wahm atau intuisi indrawi. Sifat intuisi indrawi ini memberikan suatu kesadaran cepat, namun sering mengecoh dan mengelirukan. 

Intuisi indrawi ini memperingatkan kita tentang kenyataan bahwa sifat-sifat kebencian, kebenaran, ketamakan, dan kebaikan mungkin ada dalam diri seorang manusia atau seekor hewan, seperti serigala harus dihindari dan anak harus disayangi, dan lain sebagainya. 

Intuisi indrawi, menurut Kasyani, sebagaimana yang disederhanakan oleh Murata dengan mengatakan indra perantara yang ditempatkan di suatu tempat antara akal dan persepsi indra. 

Dengan demikian, kesadaran yang disuguhkannya adalah kesadaran dangkal dan tidak bersifat universal. Intuisi indrawi yang tidak dituntun oleh akal akan berpotensi menjerumuskan manusia ke dunia kesengsaraan. Peran akal untuk membimbing intuisi indrawi penting sekali jika seseorang menghendaki keselamatan.

Surga (al-jannah) adalah tempat di mana "adam" dan "hawa" diperintahkan oleh Tuhan untuk tinggal bersama tidak lain adalah langit dari Alam Arwah, suatu Padang Kesucian, di mana Allah memerintahkan: Uskun anta wa zaujuk al-jannah (tinggallah bersama pasanganmu di surga). 

Kata jannah sendiri berasal dari kata janana berarti tersembunyi, tertutupi, seakar kata dengan: jin yang tidak terlihat, janin yang tersembunyi di dalam rahim ibu, dan majnun orang gila karena akal normalnya hilang.

Di dalam surga, keduanya diperintahkan: wa kula minha ragadan haitsu syi'tuma (Dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu) (QS. Al- Baqarah: 35). Makanan di sini tentu bukan makanan biologis karena itu Dunia Ruh. Makanan di dalam ayat ini adalah makanan simbolis berupa ilmu dan kearifan langit. 

Keduanya diminta menyebar dan melintas batas kemana pun, tetapi keduanya diperingatkan: Wa la taqraba hadzihi al-syajarah fatakuna min al-dzalimin (Tetapi janganlah mendekati pohon ini nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim)(QS. Al-Baqarah: 35). Kata dzalim dari kata dzulm berarti gelap (kegelapan), yakni meletakkan cahaya di tempat kegelapan, atau melakukan kesalahan, atau gagal melaksanakan hak dan kewajiban.

Peran setan atau iblis menggoda mereka, "fa adzalla huma alsyaithan 'anha fa akhraja huma mimma kana fihi wa qulna ihbithu ba'dhakum li ba'dhin 'aduwwun" (Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, "Turunlah kamu, sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain) (QS. Al-Baqarah: 36). 

Akhirnya, keduanya tergelincir dari kedudukan mereka di surga menuju jurang perangai dengan cara memikat dan mereka dengan kenikmatan-kenikmatan biologis dan menguasai mereka selamanya. Inilah makna: Wa lakum fi al-ardhi mustaqarrun wa mata'un ila hin (Dan bagi kalian ada tempat tinggal dan kesenanangan di bumi sampai waktu yang ditentukan) (QS. Al-Baqarah: 32).

Iblis yang diciptakan dari api (khalaqtani min nar) (QS. Al-A'raf: 12), yakni diciptakan dari bagian-bagian dari ruh hewan yang paling halus dan merupakan paling panas dalam tubuh, maka Allah menyebutnya dengan api, panasnya menuntut peninggian diri atau sombong. 

Itulah sebabnya, ketika ditanya Tuhan mengapa tidak mau sujud kepada Adam, dia menjawab, “Ana khairun minhu, khalaqtani min nar wa khalaqtahu min thin (Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau citptakan dari tanah).” (QS. Al-A'raf: 12). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar